Analisis Terhadap Keunikan Tema Cinta Buku Kumpulan Puisi Karya Penyair Perempuan Bangkalan


KEUNIKAN TEMA PERCINTAAN PENYAIR PEREMPUAN BANGKALAN
A. Latar Belakang
     Karya sastra tidak dapat dipisahkan dari penulis atau penyair yang melahirkannya. Karya sastra lahir dari masyarakat dan memiliki peranan yang penting dalam masyarakat, karena karya sastra merupakan refleksi atau cerminan kondisi sosial masyarakat yang terjadi di dunia sehingga karya sastra itu menggugah perasaan orang untuk berpikir tentang kehidupan. Masalah sosial dan kejadian dialami, dirasakan dan dilihat oleh pengarang kemudian melahirkan ide atau gagasan yang dituangkan dalam karyanya. Di antara genre besar sastra Indonesia, yaitu novel, puisi dan drama, yang memuat pokok apresiatif kesusastraan, khususnya dalam prinsip otonomi sastra yang kompleks adalah puisi, sebab puisi merupakan lukisan kata-kata tertentu yang menghasilkan dunianya yang baru, yakni dunia teks.
     Waluyo (2003:1) menyatakan bahwa puisi merupakan karya sastra tertulis yang paling awal ditulis oleh manusia. Karya-karya sastra lama yang berbentuk puisi, contohnya adalah Mahabharata, Ramayana dari India yang berbentuk puisi atau kavya (kakawin). Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Kata-kata betul-betul terpilih agar memiliki kekuatan pengucapan. Walaupun singkat atau padat, namun berkekuatan. Karena itu, salah satu usaha penyair adalah memilih kata-kata yang memiliki persamaan bunyi (rima). Kata-kata itu memiliki makna yang lebih luas dan lebih banyak. Karena itu, kata-kata dicarikan konotasi atau makna tambahannya dan dibuat bergaya dengan bahasa figuratif.
     Puisi dibangun berdasarkan dua unsur utama yaitu unsur fisik dan unsur batin. Unsur fisik puisi antara lain diksi (pilihan kata), pengimajinasian (imagery), kata konkret, majas (bahasa figuratif), versifikasi (rima, ritma, dan metrum), tata wajah (tipografi). Sedangkan unsur batin puisi antara lain tema (sense), perasaan (felling), nada (tone), amanat (intention). Menurut Riffaterre, puisi sebagai salah satu karya seni sastra yang dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji dari segi struktur dan unsur-unsurnya yang bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Dapat pula puisi dapat dikaji dari jenis-jenis atau ragam-ragamnya, mengingat bahwa ada unsur-unsur puisi sesuai dengan inspirasi dari individu sebagai penulis atau penyair yang juga memiliki pikiran atau ide yang berbeda-beda. Namun hal itu tidak mengurangi nilai estetika puisi sebagai karya estetis. Oleh karena itu puisi selalu mengalami perkembangan dan pembaharuan dari konvensi lama untuk menemukan hakikat puisi yang sebenarnya sebagai karya estetis yang bermakna.  Dari makna puisi tersebut penyair dapat mengungkapkan pokok pikiran (ide) dan perasaannya hingga tuntas.
     Penyair perempuan dan penyair laki-laki umumnya memiliki dua warna yang berbeda dalam menulis. Penyair perempuan lebih mendalami makna emotif melalui proses dialogis dalam dirinya. Berbekal pengalaman hidup penyair perempuan dinilai lebih mampu mengekspresikan diri dalam sebuah karya atau tulisan. Hal-hal yang sederhana dari pengalaman pribadi disulap menjadi karya yang bisa mewakili pesan jiwa dari seorang perempuan.

B. Pembahasan
   Tema adalah gagasan pokok yang diungkapkan oleh seorang penyair. Gagasan pokok adalah landasan pemikiran penyair dalam menginterpretasikan kehidupan. Tema (sense) termasuk ke dalam unsur batin puisi. Dengan demikian, tema mengacu pada apa yang diungkapkan penyair. Salah satu tema yang tidak habis untuk dibahas adalah tema cinta, tema yang sangat dekat dengan salah satu unsur batin puisi yaitu perasaan penyair (felling). Oleh karena itu, untuk menguak tentang tema cinta yang diangkat oleh penyair, pembaca harus sedikit banyak mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkannya. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui tema cinta yang memiliki dimensi yang luas sehingga mampu membuka lebar ruang penafsiran pembaca adalah dengan cara mencari tahu sumber inspirasi penulis atau penyair. Wawancara adalah salah satu metode yang kami pilih untuk mencari tahu inspirasi menulis dari penyair perempuan Bangkalan. Berikut adalah rangkaian proses dan hasil wawancara yang terangkum dalam sesi tanya jawab seputar karya buku kumpulan puisi dari beberapa penyair perempuan Bangkalan.


Hasil Wawancara dengan Penyair Perempuan Bangkalan
Dini Islami - Dhâris

Narasumber: Dini Islami (Penulis Buku Kumpulan Puisi Dhâris Tahun 2017).
Pewawancara: Nurfiantini Rostina

     Berikut adalah hasil wawancara yang diperoleh dari percakapan atau prosesi tanya-jawab melalui akun media WhatsApp. Pertanyaan dan jawaban di bawah ini adalah yang sebenar-benarnya dan bersifat objektif.

Pewawancara: Kalau boleh saya tahu, buku kumpulan puisi karya mbak Dini yang berjudul Dhâris itu terinspirasi dari apa?
Narasumber: Pertama, untuk buku. Buku kumpulan puisi Dhâris ditulis berawal dari acara tahunan yaitu Festival Puisi Bangkalan 2 pada tahun 2017. Sebelumnya, saya menulis karena senang saja, namun mulai intens menulis di akhir tahun 2016 sehingga lahirlah buku kumpulan puisi Dhâris ini. Itu pun karena dukungan dari teman-teman sanggar Komunitas Masyarakat Lumpur, jika tidak begitu mungkin saya tidak menulis dengan intens. Kedua, judul buku. Pemilihan judul Dhâris sebagai judul paten pada kumpulan puisi pertama saya ini diambil dari salah satu puisi yang berjudul Dhâris. Judul ini dianggap unik, dan mewakili beberapa puisi yang berunsur mitos yang ada di dalam buku kumpulan puisi Dhâris.
Pewawancara: Apa hal yang menarik dari inspirasi tersebut sehingga mbak Dini mempunyai keinginan untuk menulis? 
Narasumber: Selain karena melihat geliat teman-teman sanggar yang sangat produktif dalam membuat karya-karya baru, saya juga menyadari betapa ruginya saya ketika seseorang yang tergabung dalam sanggar sastra dan budaya tidak punya karya. Khususnya, karena saya perempuan. Setidaknya, karya ini untuk saya baca sendiri, untuk kelak jika saya sudah tidak aktif menulis lagi, saya bisa membacanya di kemudian hari. Sekadar menjadi cerita bahwa saya pernah menulis puisi.
Pewawancara: Apa makna dari judul buku Dhâris
Narasumber: Setiap ada burung yang terbang di atas atap rumah saat malam hari, itu merupakan pertanda buruk. Menjadi kepercayaan, atau simbol akan datangnya musibah bagi sebagian orang terdahulu. Burung itu bernama Dhâris. Burung hitam. Seperti gagak.
Pewawancara: Dalam buku Dhâris adakah unsur cinta? Jika ada unsur cinta yang seperti apa? Lebih kepada siapa unsur cinta itu diungkapkan? Karena kita tahu arti cinta itu sangat luas
Narasumber: Terdapat beberapa puisi cinta dalam buku kumpulan puisi Dhâris. Bentuknya tak jauh beda dengan ungkapan rindu-rindu kecil yang tentu untuk seorang laki-laki. Kekaguman, dan penyesalan. Diakui memang tak terlalu 'menggigit'. Karena memang pada dasarnya puisi-puisi cinta di letakkan di lembar-lembar akhir untuk melengkapi halaman yang dirasa masih sepi.
Pewawancara: Apa keunikan yang mbak Dini berikan dalam buku Dhâris? Sebagai penutup apa harapan mbak Dini terhadap karya sastra lokal? 
Narasumber: Saya rasa hambar. Untuk menjadi karya yang nyaman dinikmati, tak cukup sekali jalan saja. Ini merupakan pengalaman pertama menulis saya. Menjadi buku kumpulan puisi, adalah hal hebat bagi saya. Sudah jadi buku saja, bersyukur sekali. Saya pikir karya ini belum layak untuk dibukukan, karena capaian isi di dalamnya masih belum matang, jadi bisa mau menulis saja, saya sangat bersyukur. 
Sebagai penulis perempuan pemula seperti saya, banyak sekali harapan bagi karya sastra lokal khususnya. Utamanya adalah ingin sekali karya-karya yang ada menjadi titik awal sebagai pecutan semangat untuk melahirkan karya-karya baru. Banyak menyelenggarakan event sastra, untuk membangkitkan gairah menulis pemuda dan pemudi khususnya di Bangkalan.



Hasil Wawancara dengan Penyair Perempuan Bangkalan
Hediana Ina – Bermain Dengan Jarak

Narasumber: Herdiyana Ina (Penulis Buku Kumpulan Puisi Bermain Dengan Jarak Tahun 2017).
Pewawancara: Nurul Ramadhan

     Berikut adalah hasil wawancara yang diperoleh dari percakapan atau prosesi tanya-jawab melalui akun media WhatsApp. Pertanyaan dan jawaban di bawah ini adalah yang sebenar-benarnya dan bersifat objektif.

Pewawancara: Kalau boleh saya tahu, buku kumpulan puisi karya mbak yang berjudul Bermain dengan Jarak itu terinspirasi dari apa?
Narasumber: Terinspirasi dari sebuah perjalanan dan pengalaman juga tempat. Sebab, pengalaman, tempat, dan perjalanan selalu menciptakan cerita. Selain itu, terinspirasi dari kehidupan masa lalu, masa kanak-kanak yang setiap kali berbaur dengan kehidupan yang tengah dijalani saat ini.
Pewawancara: Apa yang sebenarnya ingin mbak tunjukkan atau sampaikan lewat diterbitkannya karya puisi tersebut?
Narasumber: Sebenarnya tak ada yang hendak  saya tunjukkan, selain sebuah ketenangan atas kecamuk yang ada di pikiran. Yang kerap melintas setiap saat. Dan setiap orang pasti memiliki cara tersendiri memperlakukan kerisauan yang melandanya. Entah dengan cara disampaikan kepada orang terdekatnya, disimpannya di hati, atau dituangkan dalam bentuk tulisan seperti yang tengah saya lakukan.
Pewawancara: Puisi itu apakah bisa dimaknai harapan atau bagaimana?
Narasumber: Menurut saya, bisa. Sebab puisi terbentuk atas struktur batin dan fisik. Harapan atau tujuan penulisan puisi merupakan salah satu struktur batin puisi. harapan itulah yang mendorong seseorang untuk menuliskan imajinasinya melalui puisi.
Pewawancara: Perasaan apa yang mungkin muncul dan berkecamuk saat mbak menulis puisi Bermain dengan Jarak?
Narasumber: Banyak. Ketika saya mengingat suatu hal dan berusaha menuangkannya dalam puisi, hal-hal yang lain bermunculan. Itu menjadi masalah. Bahkan tak jarang saya memilih berhenti menuliskan hal tersebut. Sebab ketika dilanjutkan, ide-ide yang berkeliaran di otak campur aduk. Saya memulainya lagi ketika pikiran tenang. Tapi, buku saya yang berjudul Bermain dengan Jarak masih direvisi ulang. Sebab, masih banyak hal perlu saya perbaiki terkait dengan diksi dan pemetaan tema di dalamnya.

Hasil Wawancara dengan Penyair Perempuan Bangkalan
Irza Nova Husna – Si Mata Kucing

Narasumber: Irza Nova Husna (Penulis Buku Kumpulan Puisi Si Mata Kucing Tahun 2017).
Pewawancara: Nurul Ramadhan (1) dan Maimanah (2).

     Berikut adalah hasil wawancara yang diperoleh dari percakapan atau prosesi tanya-jawab melalui akun media WhatsApp. Pertanyaan dan jawaban di bawah ini adalah yang sebenar-benarnya dan bersifat objektif.

Pewawancara 1 : Selamat siang… Apakah benar ini dengan mbak Irza Nova Husna?
Narasumber      : Iya benar. Ada yang bisa saya bantu?
Pewawancara 1  : Sebelumnya perkenalkan nama saya Nurul Ramadhan dan ini teman saya Maimanah, kami dari kelas 7B Studi Bahasa Indonesia STKIP PGRI Bangkalan. Kami di sini ingin mewawancarai seputar buku puisinya mbak Nova yang berjudul Si Mata Kucing, apakah diperbolehkan?
Narasumber.        : Iya boleh, dipersilahkan.
Pewawancara 1 : Kalau boleh saya tahu awal mbak nova menulis buku yang berjudul Si Mata Kucing itu terinspirasi dari apa? 
Narasumber.   : Suatu waktu ada yang berkata pada saya bahwa “Puisi adalah teman yang baik”, dari itulah saya menemukan ruang imajiner komunikatif untuk mengutarakan banyak hal mengenai apapun yang tengah saya alami dan saya rasakan.
Pewawancara 1  : Hal apa yang sebenarnya ingin mbak Nova tunjukkan atau sampaikan melalui diterbitnya karya buku kumpulan puisi tersebut?
Narasumber. : Saya hanya ingin mengungkapkan segala hal yang saya resahkan, itu saja.
Pewawancara 1: Puisi itu apakah bisa dikatakan adalah sebuah harapan dari mbak Nova atau bagaiamana?
Narasumber: Pasti ada suatu harapan yang terselip di dalamnya, tapi untuk pemaknaan ataupun pemahaman yang ditangkap itu ada pada perspektif pembaca bagaimana Ia menafsirkannya.
Pewawancara 2: Kita ke yang lebih spesifik yaitu judul buku puisi mbak Nova yang berjdul Si Mata Kucing. Kata Mata Kucing itu apakah sewaktu mbak Nova menulis puisi melihat seekor kucing dan apa ada makna lain dibalik kata Mata Kucing?
Narasumber: Si Mata Kucing merupakan salah satu judul dari beberapa puisi yang terdapat dalam buku tersebut. Judul itu terpilih karena dirasa lebih kuat untuk dijadikan gambaran umum dari segala bentuk kegelisahan yang tertuang dalam puisi-puisi yang saya tulis. Oleh sebab itu, puisi-puisi saya membicarakan banyak hal dengan memandang segala sisi sebagai potret diri dalam memperhatikan sesuatu khususnya lingkungan sekitar baik pada objek terdekat maupun yang jauh serupa tatapan mata kucing yang tajam.
Pewawancara 2: Apakah mbak Nova merasa dalam puisi tersebut ada unsur cinta? Cinta yang saya maksud di sini sebenarnya cinta untuk dimensi yang luas, cinta yang universal, dan perasaan apa yang mungkin muncul dan berkecamuk saat mbak Nova menulis puisi Si Mata Kucing?
Narasumber: Jelas ada. Di saat menulis beberapa puisi, saya mengalami situasi yang amat terbawa perasaan, seperti rasa rindu yang membuncah, ingin marah terhadap situasi tertentu, berontak pada suatu hal, dan sebagainya. 

Hasil Wawancara dengan Penyair Perempuan Bangkalan
R. Dian Kunfillah – Doa Kunang Kunang

Narasumber: R. Dian Kunfillah (Penulis Buku Kumpulan Puisi Doa Kunang Kunang Januari Tahun 2017).
Pewawancara: Raudatus Syarifa 

     Berikut adalah hasil wawancara yang diperoleh dari percakapan atau prosesi tanya-jawab melalui akun media WhatsApp. Pertanyaan dan jawaban di bawah ini adalah yang sebenar-benarnya dan bersifat objektif.

Pewawancara: Pagi mbak Dian, saya Raudatus Syarifa dari semester 7B STKIP PGRI Bangkalan. Ingin mewawancarai seputar buku kumpulan puisinya mbak Dian yang berjudul Doa Kunang Kunang, apa diperbolehkan? Ini dengan mbak Dian Sastro atau Dian Kunfillah?
Narasumber:     Hahaha… Boleh bu Eko.
Pewawancara: Kalau boleh saya tahu, buku kumpulan puisi karya mbak Dian yang berjudul Doa Kunang Kunang itu terinspirasi dari apa?
Narasumber: Tugas kuliah dan acara event yang ada di luar kota Bangkalan.
Pewawancara: Kan salah satu inspirasi menulisnya dari sebuah event di luar kota Bangkalan ya, arti event itu sendiri apa untuk mbak Dian sehingga ingin sekali menulis atau kesan apa yang memunculkan keinginan  untuk berkarya, apa yang sebenarnya ingin mbak Dian tunjukkan atau sampaikan lewat diterbitkannya karya buku kumpulan puisi tersebut?
Narasumber: Mengikuti event hanya ingin berpartisipasi juga ingin membawa nama sanggar sekalian dan yang ingin saya sampaikan lewat buku saya adalah pertanyaan hidup saya mau dibawa ke mana.
Pewawancara: Kita ke yang lebih spesifik yaitu judul puisi mbak Dian, Doa Kunang Kunang. Doa itu apakah bisa dimaknai harapan atau bagaimana?
Narasumber: Jadi, Doa Kunang-Kunang itu diambil dari salah satu puisi di dalam buku itu.
Pewawancara: Dan saya penasaran sebenarnya metafor kunang-kunang sendiri itu apakah ada pemaknaan khusus? Setahu saya ada juga mitologi tentang hewan kunang-kunang seperti hewan yang hidup di malam hari adalah perwujudan kematian seseorang yang berubah menjadi kunang-kunang atau kunang-kunang itu hanya pembangun suasana saja dalam salah satu puisi itu atau secara simbolis melambangkan kepribadian seseorang, atau benar-benar kunang-kunang yang dimaksud hewan pada umumnya?
Narasumber: Aku lupa isi puisinya apa itu wkwk. Intinya ada makna bukan sekedar kunang-kunang.
Pewawancara: Oke, masuk pada aspek afeksi. Apa mbak Dian merasa dalam puisi itu ada unsur cinta? Khusus pertanyaan ini boleh dijawab "iya" atau "tidak" saja. Cinta yang saya maksud sebenarnya cinta untuk dimensi yang luas, cinta yang universal, dan perasaan apa yang mungkin muncul dan berkecamuk saat mbak Dian menulis puisi Doa Kunang-kunang?
Narasumber: Ada beberapa puisi yang menjelaskan soal cinta dan untuk perasaan saat menulis itu netral saja sih tulisan itu mengalir saja dengan sabar.

Hasil Wawancara dengan Penyair Perempuan Bangkalan
R. Nike Febrianti – Yang Tak Begitu Perempuan

Narasumber: R. Nike Febrianti (Penulis Buku Kumpulan Puisi Yang Tak Begitu Perempuan Tahun 2017).
Pewawancara: Murni Istiani

     Berikut adalah hasil wawancara yang diperoleh dari percakapan atau prosesi tanya-jawab melalui akun media WhatsApp. Pertanyaan dan jawaban di bawah ini adalah yang sebenar-benarnya dan bersifat objektif.
Pewawancara: Assalamualaikum Wr. Wb.
Selamat siang mbak Nike. Sebelumnya, perkenalkan nama saya Murni Istiani dari semester 7B Studi Bahasa Indonesia STKIP PGRI Bangkalan. Mbak, saya ingin mewawancarai seputar buku puisinya mbak Nike yang berjudul Yang Tak Begitu Perempuan, apakah diperbolehkan?
Narasumber: Waalaikumsalam Wr. Wb. Iya, boleh-boleh.
Pewawancara: Kalau boleh saya tahu, buku kumpulan puisi karya mbak Nike yang berjudul Yang Tak Begitu Perempuan itu terinspirasi dari apa?
Narasumber: Saya memang tertarik dengan isu-isu perempuan, menurut saya persoalan perempuan itu menarik dan tidak pernah habis untuk dibahas. 
Pewawancara: Yang Tak Begitu Perempuan itu mengacu pada sisi maskulin perempuan, bukankah begitu mbak Nike? Apakah subjek perempuan yang dimaksud tersebut dapat mewakili semua perempuan, subjek kolektif atau perempuan yang dimaksud menggambarkan individu penyair?
Narasumber: Masih persoalan individu penulis sih. 
Pewawancara: Apakah puisi yang berjudul Yang Tak Begitu Perempuan itu menjadi salah satu puisi dalam buku kumpulan puisi mbak Nike? Lalu, hal apa yang ingin mbak Nike sampaikan melalui buku tersebut?
Narasumber: Iya, memang judul itu diambil dari judul salah satu puisi di dalamnya. Saya menulisnya mengalir saja tanpa berpikir tematik pada awalnya, tapi semakin terus menulis akhirnya tulisan-tulisan saya lebih condong kepada persoalan-persoalan perempuan. Ya sederhananya, saya yang menulis ini kan perempuan, jadi banyak hal yang tidak jauh dari situ. Maka dari itu, kemudian saya ambil garis besarnya dan memberangkatkan puisi itu dengan tema perempuan.
Pewawancara: Kalau persoalan yang diangkat tentang perempuan, mbak Nike sendiri ada sisi perempuan (feminis) yang berbeda dengan fenomena yang sering terjadi kepada perempuan lain umunya sehingga pantas untuk diangkat menjadi tema dari karya puisi Yang Tak Begitu Perempuan?
Narasumber: Iya, kalau dikelompokkan dari beberapa puisi kebanyakan memang dalam buku itu lebih pada berbicara soal perempuan yang kuat, tegar, tidak lemah, dan aku memandang diri sendiri yang memang maskulin, bahwa sisi perempuan itu jiwa saya, tapi secara fisik (power, pekerjaan, keputusan) perempuan juga bisa setara dengan laki-laki.

     Dari hasil wawancara di atas kita dapat mengetahui lebih dalam mengenai karya-karya dari penyair perempuan Bangkalan. Dengan tema yang sama yaitu cinta yang disajikan dengan cara berbeda dalam memaknai cinta. Cinta adalah kata kerja yang dalam puisi tersalurkan melalui kata-kata. Cinta adalah tema yang universal untuk dikaji. Membahas cinta dalam tema puisi sama seperti melihat bagaimana penyair memaknai cinta. Cinta yang dimaksud bukanlah cinta dalam arti sempit yang mengarah pada sebuah hubungan sesama manusia. Cinta bisa menjelma apa saja yang diinginkan penulis dengan tingkatan yang tinggi atau rendah. Cinta pada tingkatan paling tinggi adalah cinta terhadap Sang Pencipta, ada pun dimensi-dimensi cinta yang lain setelahnya seperti cinta kepada alam, cinta kepada sesama manusia di antaranya cinta kepada orang tua, suami/istri, anak-anak, saudara kandung, kerabat, teman, kekasih, harta, benda, pekerjaan, tempat tinggal, negara atau tanah air.

C. Kategori Tema Cinta Yang Unik 
    Karya sastra puisi yang unik adalah karya yang mengusung gagasan atau ide yang benar-benar segar dan berbeda dari karya puisi pada umumnya. Beberapa karya puisi dari seorang penulis sering kali menawarkan hal yang berbeda dari penyair lainnya karena meski memilih tema yang sama, setiap penyair akan memiliki ide atau inspirasi yang berbeda saat menulis. Karya yang digolongkan sebagai karya yang unik harusnya bisa memenuhi kategori-kategori unik sehingga diklasifikasikan sebagai karya yang unik. Seperti yang kita ketahui penafsiran unik atau tidak unik hanya bisa diwakili oleh kesan pembaca, maka dari itu kami membuat beberapa kategori untuk menentukan karya mana yang unik dari penyair perempuan Bangkalan. Berikut adalah penjelasan mengenai kategori tema (sense) yang unik menurut kelompok kami.
Kategori Tema Percintaan (Cinta) yang Unik:
1. Karya puisi yang tidak menghilangkan jiwa penulis di dalamnya serta bisa menjadi rekaman situasi sosial pada zamannya.
2. Karya puisi yang dihasilkan dari proses renungan, introspeksi, bahkan retrospeksi dengan sentuhan yang bersumber dari kata hati menuju kata hati yang lain.
3. Karya yang tidak hanya membidik diri atau problem personal tapi juga mampu menjangkau problem sosial atau hal-hal yang bersifat universal, jika dikaitkan dengan tema cinta yaitu cinta untuk dimensi luas (multidimensi)
4. Karya puisi yang mengandalkan hubungan perpaduan antara intelektual dan non-intelektual meski mewakili desakan emosi dan rasa termasuk kegelisahan seorang penyair
5. Karya puisi yang memiliki ruang penafsiran yang luas (multitafsir) dengan menciptakan paradoks dan mengedapankan kemampuan penyair menyajikan nuansa makna yang dalam dengan memilih kata atau memainkan diksi, penggunaan majas, dan makna konotatif. 

D. Kesimpulan
     Puisi merupakan karya sastra tertulis yang paling awal ditulis oleh manusia. Karya-karya sastra lama yang berbentuk puisi, contohnya adalah Mahabharata, Ramayana dari India yang berbentuk puisi atau kavya (kakawin). Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif).  dari pembahasan di atas penelitian mengambil puisi Dhâris Karya Dini Islami  sebagai keunikan dalam percintaan.  puisi tersebut menceritakan tentang mitos-mitos yang berkembang dalam suatu masyarakat.  Selain itu dalam puisi ini terdapat beberapa tema percintaan berupa Kerinduan Kerinduan penyesalan  dan kekaguman terhadap seorang lelaki. 
DAFTAR PUSTAKA

Pradopo, Djoko Rachmat. 2012. Pengkajian                  Puisi. Gadjah Mada University Press

Waluyo, Herman J. 2003.  Apresiasi Puisi                      Untuk Pelajar Dan Mahasiswa.                        Jakarta: PT Gramedia Pustaka                          Utama




Komentar

Postingan Populer