Metode Penelitian Kualitatif (Qualitative Reseach Methods)

1. Sejarah Penelitian Kualitatif
Di Amerika Utara, Denzin dan Lincoln (hlm. 3, 1117-1124; lihat juga “Notes” Taylor & Wallace, 2007:8) mencatat, riset kualitatif punya babakan sejarah yang cukup kompleks, yakni:
a. Babak Tradisional (traditional) (1900-1950), fase heroik pekerja lapangan mengaitkan amatannya ke dalam kerangka realisme sosial, positivme, dan objektivisme.
b. Babak Modernist atau golden age (1950-1970); para peneliti, dalam kerangka kultur, mengembangkan gagasan-gagasan emansipatoris ke dalam pelbagai wacana subjek-riset yang tragis dan struktur kritik sosial ketika memakai bahasa positivisme dan postpositivism.
c. Babak Blurred Genres (1970-1986); diwarnai pendekatan naturalism, postpositivism, dan constructivism, para periset kualitatif mulai menjadi sensitif pada kerja politik dan etik mereka, menghentikan keleluasaan mereka dalam menampilkan penafsiran subjektif, dan menghasilkan multiperspektif 'thick descriptions' melalui genre kesastraan.
d. Babak Crisis Of Representation (1986-1990); riset dan pelaporannya menjadi penuh daya reflektif, langkah “politik" baru dalam tampilan otoritas tekstualitas dari pengetahuan empiris yang merepresentasikan “berbagai pengalaman kehidupan (the world of lived experience), riset lapangan dan penulisan yang bebas (fieldwork and writing blur), pemunculan penulisan sebagai sebuah metode (writing as a method of inquiry emerges).
e. Babak Postmodern Experimental Ethnographic Writing (1990-1995); peneliti merespons “triple crises" dari representasi (representation), legitimasi (legitimation) dan eksperimen praksis (praxis experiment) dengan cara mengambil langkah baru dalam menampilkan sosok 'other'; fokus utama riset partisipatori dan “generating theory" dari khazanah “riset penyelesaian masalah dalam skala kecil (small-scale problem-solving research)” ke dalam konteks lokal (in local contexts).
f. Babak Postexperimental Inquiry (1995-2000); peneliti memusatkan perhatian pada cara-cara baru dalam mempolitisasi penggambaran “pengalaman kehidupan (lived experience)” melalui etnografis fiksional (fictional ethnographies), teks-teks multimedia, bentuk-bentuk visual, dan representasi-representasi multi-voiced, dan seterusnya."
g. Babak Methodologically Contested Present (2000-2004); masa perdebatan dan pemunculan upaya deregulasi yang massif bagi riset kualitatif di kalangan konservatif, yang mengklaim sebagai “pembawa kebenaran" berdasar validitas riset.
h. Babak Immediate Future (2005-); para ilmuwan sosial menekankan pada pentingnya tujuan “keadilan sosial" di dalam dimensi penelitian, yang kemudian melahirkan berbagai keilmuan sosial yang mem- “pribumi" (indigenous); dekolonisasi akademi melalui riset-riset kesarjanaan (graduate research), dan kultur di berbagai fakultas, para ilmuwan sosial mentransformasi institusi mereka melalui metodologi yang “membebaskan" (liberation methodology).
i. Babak Fractured Future, para akademisi bekerja dalam kerangka praksis politik, memunculkan generasi baru di dalam hal etika, estetika, dan teleologis yang mengglobalisasi dunia.

2. Pengertian Metode Penelitian Kualitatif
Riset kualitatif mengandung pengertian adanya upaya penggalian dan pemahaman pemaknaan terhadap apa yang terjadi pada berbagai individu atau kelompok yang berasal dari persoalan sosial atau kemanusiaan,” tulis Creswell (2009: 4). Proses risetnya melontarkan berbagai pertanyaan dan prosedur yang harus dilakukan. Data terkumpul dari “setting-an” partisipan. Penganalisaan data induktitif dibangun secara per bagian (particulars) menuju tema-tema umum (general). Peneliti lalu membuat interpretasinya dari pemaknaan mereka terhadap berbagai data. Penulisannya disusun secara fleksibel struktur laporannya. Penulisnya membuat laporan berdasar cara pandang penelitian yang menekankan gaya induktif, memfokuskan amatan pada pemaknaan individual, dan kompleksitas situasi yang terjadi dan teramati.
Pendapat lain mengatakan bahwa “Kualitatif merupakan potongan persinggahan dari lintas disiplin, bidang, dan sub materinya,” nilai Denzin dan Lincoln (dalam Septian, 2007: 1). Namun begitu riset kualitatif telah memilah dan membedakan dunia pendidikan, pekerja sosial, komunikasi, psikologi, histori, studi-studi organisasi, keilmuan medis, antropologi, dan sosiologi.
Ketika melakukan penelitian, hubungan antara peneliti dan subjek penelitian berada dalam situasi “setaraf, empati, akrab, interaktif, timbal-balik, saling mempengaruhi, dan berjangka lama”. Dengan dasar itu, tujuan penelitian kualitatif antara lain ditujukan untuk mengamati hal-hal yang bersifat “khusus" bukan hanya perilaku yang “terbuka”, bahkan menyimak berbagai “proses yang tak terucapkan", dengan menggunakan sampel yang bersifat “purposif”. Teori yang digunakan “terikat oleh konteks dan waktu", terkait dengan orientasi amatan yang “menekankan perbedaan individu", dan dialokasikan untuk “memahami peristiwa” dalam pemaknaan tertentu.
Penggunaan metode penelitiannya di antaranya, melakukan pencarian deskripsi melalui “wawancara tak berstruktur/mendalam”, dan “pengamatan berperan serta", untuk mendapatkan “penafsiran" terhadap fenomena tertentu. Maka itu pula, analisis kualitatif dilakukan secara “induktif" dengan tujuan “mencari model, pola atau tema" dari fenomena yang diamatinya.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan filsafat postpostivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan data dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna  daripada generalisasi.
Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola, dan disebut sebagai metode interpretative karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan filsafat postpostivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan data dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna  daripada generalisasi (Sugiyono, 2015: 15).
3. Perbedaan Aksioma Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Aksioma adalah pandangan dasar. Aksioma penelitian kualitatif maupun kuantitatif meliputi aksioma tentang, realitas, hubungan penelitian dengan yang diteliti, hubungan variabel, kemungkinan generalisasi, dan peranan nilai yang dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 1.1
PERBEDAAN AKSIOMA ANTARA METODE KUALITATIF DAN KUANTITATIF





4. Karakteristik dan Ciri-Ciri Metode Penelitian Kualitatif
Karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan and Biklen (1982) adalah seperti berikut:

a. Qualitative research has the natural setting as the direct source of data and researcher is the key instrument
b. Qualitative research is descriptive. The data collected is in the form of words pictures rather than number
c. Qualitative research are concerned with process rather than simply with outcomes or products
d. Qualitatif research twnd analyze their data inductively
e. “Meaning" is of essential to the qualitative approach

Berdasarkan karakteristik tersebut dapat dikemukakan di sini bahwa penelitian kualitatif itu:

A. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan penelitian adalah sumber kunci.
B. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.
C. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome.
D. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.
E. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).

Dan ciri-ciri metode penelitian kualitatif menurut Erickson dalam Susan Stainback (2003) dijelaskan sebagai berikut.

1) Intensive, long term participation in field setting
2) Careful recording of what happens in the setting by writing field notes by collecting other kinds of documentary avidenve
3) Analytic reflection on the documentary records abtained in the field
4) Reporting the result by means of detailed descriptions, direct quotes from interview and interpretative commentary

Selanjutnya untuk memahami lebih jelas tentang metode penelitian kualitatif, maka perlu dipahami perbedaan karakteristik antara metode kualitatif dengan metode kuantitatif dengan cara membandingkan seperti dalam tabel 1.2 berikut.

Tabel 1.2
KARAKTERISTIK METODE KUALITATIF DAN KUANTITATIF




5. Proses Penelitian Kualitatif
a. Tahap orientasi (deskripsi): pada tahap ini peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan ditanyakan. Mereka baru mengenal serba sepintas terhadap informasi yang diperolehnya.
b. Tahap reduksi/fokus: Pada tahap ini peneliti mereduksi segala informasi yang telah diperoleh pada tahap pertama. Pada proses reduksi ini, peneliti mereduksi data yang ditemukan pada tahap I untuk memfokuskan pada masalah tertentu. Pada tahap reduksi ini, peneliti menyortir data dengan cara memilih mana data yang menarik, penting, berguna dan baru. Data yang dirasa tidak dipakai disingkirkan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka data-data tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi berbagai kategori yang ditetapkan sebagai fokus penelitian.
c. Tahap seleksi (selection): pada tahap ini peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi komponen yang lebih rinci. Setelah peneliti melakukan analisis yang mendalam terhadap data dan informasi yang diperoleh, maka peneliti dapat menemukan tema dengan cara mengkonstruksikan data yang diperoleh menjadi sesuatu bangunan pengetahuan, hipotesis atau ilmu yang baru.

6. Kapan Metode Kualitatif Digunakan
Metode penelitian kualitatif digunakan untuk kepentingan yang berbeda bila dibandingkan dengan metode penelitian kuantitatif. Berikut dikemukakan kapan metode kualitatif digunakan.
a. Bila masalah penelitian masih belum jelas, masih remang-remang atau mungkin malah masih gelap.
b. Untuk memahami makna di balik data yang tampak.
c. Untuk memahami interaksi sosial.
d. Memahami perasaan orang.
e. Untuk mengembangkan teori.
f. Untuk memastikan kebenaran data.
g. Meneliti sejarah perkembangan.

7. Jangka Waktu Penelitian Kualitatif
Pada umumnya jangka waktu penelitian kualitatif cukup lama, karena tujuan penelitian kualitatif adalah bersifat penemuan. Bukan sekedar pembuktian hipotesis seperti dalam penelitian kuantitatif. Namun demikian kemungkinan jangka penelitian berlangsung dalam waktu yang pendek, bila telah ditemukan sesuatu dan datanya sudah jenuh. Ibarat mencari provokator, atau mengurai masalah, atau memahami makna, kalau semua itu dapat ditemukan dalam satu minggu, dan telah teruji kredibilitasnya, maka penelitian kualitatif dinyatakan selesai, sehingga tidak memerlukan waktu yang lama.
Dalam hal ini Susan Stainback menyatakan bahwa tidak ada cara yang mudah untuk menentukan berapa lama penelitian kualitatif dilaksanakan. Pada umumnya, penelitian dilaksanakan dalam tahunan. Tetapi lamanya penelitian akan tergantung pada keberadaan sumber data, interes, dan tujuan penelitian. Selain itu juga akan tergantung cakupan penelitian, dan bagaimana peneliti mengatur waktu yang digunakan dalam setiap hari atau tiap minggu.

8. Apakah Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dapat Digabungkan
Pada umumnya setiap metode penelitian memiliki kekurangan dan kelebihan. Oleh karena itu metode penelitian kualitatif dan kuantitatif keberadaannya tidak perlu dipertentangkan, karena justru keduanya saling melengkapi.
Metode penelitian kualitatif cocok digunakan untuk meneliti di mana masalahnya belum jelas, dilakukan pada situasi sosial yang tidak luas, sehingga hasil penelitiannya lebih mendalam dan bermakna. Sedangkan metode penelitian kuantitatif cocok digunakan untuk penelitian yang masalahnya sudah jelas, dan umumnya dilakukan pada populasi yang luas sehingga hasil penelitian kurang mendalam. Metode penelitian kualitatif cocok untuk menemukan hipotesis/teori, sedangkan metode penelitian kuantitatif cocok untuk menguji hipotesis/teori
Kedua metode tersebut dapat digunakan bersama-sama atau digabungkan, tetapi dengan catatan sebagai berikut.
1) Dapat digunakan bersama untuk meneliti pada objek yang sama, tetapi tujuan yang berbeda. Metode kualitatif digunakan untuk menemukan hipotesis, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis (Susan Stainback, 1988).
2) Digunakan secara bergantian. Pada tahap pertama menggunakan metode kualitatif, sehingga ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut diuji dengan metode kuantitatif.
3) Metode penelitian tidak dapat digabungkan karena paradigmanya berbeda. Tetapi dalam penelitian kuantitatif dapat menggabungkan penggunaan teknik pengumpulan data (bukan metodenya), seperti penggunaan trianggulasi dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif misalnya, teknik pengumpulan data yang utama misalnya menggunakan kuesioner, data yang diperoleh adalah data kuantitatif. Selanjutnya untuk memperkuat dan mengecek validitas data hasil kuesioner tersebut, maka dapat dilengkapi dengan observasi atau wawancara kepada responden yang telah memberikan angket tersebut, atau orang lain yang memahami terhadap masalah yang diteliti. Bila data antara kuesioner dan wawancara tidak sama, maka dilacak terus sampai ditemukan kebenarannya data tersebut. Bila sudah demikian maka proses pengumpulan data seperti trianggulasi dalam penelitian kualitatif.
4) Dapat menggunakan metode tersebut secara bersamaan, asal kedua metode tersebut telah dipahami dengan jelas, dan seseorang telah berpengalaman luas dalam melakukan penelitian. Bagi peneliti baru sebaiknya tidak berpikir untuk menggunakan metode tersebut dengan cara menggabungkan.

9. Kompetensi Peneliti Kualitatif  
a. Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang pendidikan yang akan diteliti;
b. Mampu menciptakan rapport kepada setiap orang yang ada pada situasi sosial yang akan diteliti. Menciptakan rapport berarti mampu membangun hubungan yang akrab dengan setiap orang yang ada pada konteks sosial;
c. Memiliki kepekaan untuk melihat setiap gejala yang ada pada objek penelitian (situasi sosial);
d. Mampu menggali sumber data dengan observasi partisipan, dan wawancara mendalam secara triangulasi, serta sumber-sumber lain;
e. Mampu menganalisis data kualitatif  secara induktif berkesinambungan mulai dari analisis deskriptif, domain, komponensial, dan tema kultural/budaya;
f. Mampu menguji kredibilitas, dependabilitas, konfirmabilitas, dan transferabilitas hasil penelitian;
g. Mampu menghasilkan temuan pengetahuan, mengkonstruksi fenomena, hipotesis, atau ilmu baru;
h. Mampu membuat laporan secara sistematis, jelas, lengkap, dan rinci;
i. Mampu membuat abstraksi hasil penelitian, dan membuat artikel untuk dimuat ke jurnal ilmiah;
j. Mampu mengomunikasikan hasil penelitian kepada masyarakat luas.

10. Masalah dalam Penelitian Kualitatif
     Dalam penelitian kualitatif, terjadi tiga kemungkinan terhadap “masalah" yang akan dibawa oleh peneliti dalam penelitian yang pertama masalah tetap yang dibawa oleh peneliti sejak awal sampai akhir penelitian sama. Dengan demikian judul proposal dengan judul penelitian sama. Yang kedua “masalah" yang dibawa peneliti setelah memasuki penelitian berkembang yaitu memperluas atau memperdalam masalah yang telah disiapkan. Dengan demikian tidak terlalu banyak perubahan, sehingga judul penelitian cukup disempurnakan. Yang ketiga “masalah” yang dibawa peneliti setelah memasuki lapangan berubah total, sehingga harus “ganti" masalah. Dengan demikian judul proposal dengan judul penelitian tidak sama dan judulnya diganti. Dalam institusi tertentu, judul yang diganti ini sering mengalami kesulitan administrasi. Oleh karena itu institusi yang menangani penelitian kualitatif, harus mau dan mampu menyesuaikan dengan karakteristik masalah kualitatif ini.
     Peneliti kualitatif yang merubah masalah atau ganti judul penelitiannya setelah memasuki lapangan penelitian atau setelah selesai, merupakan peneliti kualitatif yang lebih baik, karena ia dipandang mampu melepaskan apa yang telah dipikirkan sebelumnya dan selanjutnya mampu melihat fenomena secara lebih luas dan mendalam sesuai dengan apa yang terjadi dan berkembang pada situasi sosial yang diteliti. 

11. Fokus Penelitian Kualitatif
     Dalam penelitian kualitatif, gejala itu bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.
Dalam penelitian, peneliti kualitatif menetapkan fokus. Fokus itu merupakan domain tunggal dan beberapa domain yang terkait dengan situasi sosial. Fokus yang sebenarnya dalam penelitian kualitatif diperoleh setelah peneliti melakukan grand tour observation dan grand tour question atau yang disebut dengan penjelajahan umum. Dari penjelajahan umum ini peneliti akan memperoleh gambaran umum menyeluruh yang masih pada tahap pernukaan tentang situasi sosial. Untuk dapat memahami secara lebih luas dan mendalam, maka diperlukan pemilihan fokus penelitian.
Spradley dalam Sanapiah Faisal (1988) mengemukakan empat alternatif untuk menetapkan fokus.
1) Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informan.
2) Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu (organizing domain).
3) Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan iptek. Temuan berarti sebelumnya belum pernah ada
4) Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan dengan teori-teori yang telah ada. Penelitian ini bersifat pengembangan yaitu ingin melengkapi dan memperluas teori yang sudah ada.

12. Bentuk Rumusan Masalah Penelitian Kualitatif
     Rumusan masalah merupakan bentuk pertanyaan yang dapat memandu peneliti untuk mengumpulkan data di lapangan. Berdasarkan level of explanation suatu gejala, secara umum terdapat tiga bentuk rumusan masalah, yaitu rumusan masalah deskriptif, komparatif dan asosiatif.
1) Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam.
2) Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk membandingkan antara konteks sosial atau domain satu dengan yang lain.
3) Rumusan masalah asosiatif (hubungan) adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengonstruksi hubungan antara situasi sosial atau domain satu dengan yang lainnya.
a. Hubungan simetris adalah hubungan suatu gejala yang munculnya bersamaan sehingga bukan merupakan hubungan sebab akibat atau interaktif.
b. Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab dan akibat. Hubungan ini merupakan salah satu asumsi ilmu dalam metode kuantitatif, di mana segala sesuatu itu ada karena ada sebabnya. Dengan demikian dalam paradigma penelitian selalu ada variabel independen sebagai penyebab dan variabel dependen sebagai akibat.
c. Hubungan resiprokal (reciprocal) adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Dalam penelitian kualitatif hubungan yang diamati dan ditemukan adalah hubungan yang bersifat resiprokal atau interaktif.

13. Judul Penelitian Kualitatif
 Judul penelitian kualitatif yang dirumuskan dalam proposal masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah memasuki lapangan. Judul laporan penelitian kualitatif yang baik justru berubah, atau mungkin diganti. Judul penelitian kualitatif yang tidak berubah, berarti peneliti belum mampu menjelajah secara mendalam terhadap situasi sosial yang diteliti sehingga belum mampu mengembangkan pemahaman yang luas dan mendalam terhadap situasi sosial yang diteliti (situasi sosial = objek yang diteliti).
Judul penelitian kualitatif tentu saja tidak harus mencerminkan permasalahan dan variabel yang diteliti, tetapi lebih pada usaha untuk mengungkapkan fenomena dalam situasi sosial secara luas dan mendalam, serta menemukan hipotesis dan teori. Berikut ini beberapa contoh judul penelitian kualitatif.

1) Model Perencanaan Pendidikan di Era Otonom Daerah

2) Profesionalisme Pejabat Pengelola Pendidikan di Era Otonomi Daerah

3) Makna Pembangunan Pendidikan Bagi Masyarakat Miskin

4) Manajemen Keluarga Petani dalam Menyekolahkan Anak-Anaknya

5) Profil Guru yang Efektif Mendidik Anak

14. Teori dalam Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif dilakukan untuk menemukan teori. Dalam penelitian kualitatif jumlah teori yang harus dimiliki peneliti disesuaikan dengan fenomena yang berkembang di lapangan. Peneliti kualitatif akan lebih profesional kalau menguasai semua teori sehingga wawasannya akan menjadi lebih luas, dan dapat menjadi instrumen penelitian yang baik. Teori bagi peneliti kualitatif berfungsi sebagai bekal untuk bisa memahami konteks sosial secara lebih luas dan mendalam. Walaupun peneliti kualitatif dituntut untuk menguasai teori yang luas dan mendalam, namun dalam melaksanakan penelitian kualitatif, peneliti harus mampu melepaskan teori yang dimiliki dan tidak digunakan sebagai panduan untuk menyusun instrumen dan sebagai panduan untuk wawancara dan observasi.

15. Populasi dan Sampel Penelitian Kualitatif
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoretis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori. Sampel dalam penelitian kualitatif disebut sebagai sampel konstruktif, karena dengan sumber data dari sampel itu dapat dikonstruksikan fenomena yang semula masih belum jelas.
Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu, yang dapat berupa lembaga pendidikan tertentu, melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut. Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Hasil penelitian tidak akan digeneralisasikan ke populasi karena, pengambilan sampel tidak diambil secara random. Hasil penelitian dengan metode kualitatif hanya berlaku untuk kasus situasi sosial. Hasil penelitian tersebut dapat ditransferkan atau diterapkan ke situasi sosial (tempat lain), apabila situasi sosial tersebut memiliki kemiripan atau kesamaan dengan situasi sosial yang diteliti.

16. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
1) Instrumen Penelitian Kualitatif
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi" seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri.
Peneliti kualitatif sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

2) Teknik Pengumpulan Data
Berikut ini macam-macam teknik pengumpulan data.
a. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencari fakta mengenai dunia kenyataan pada objek yang diteliti sehingga apa yang diteliti (objek) dapat terlihat jelas. Macam-macam observasi dijelaskan sebagai berikut.
Obsevasi Partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku. 
Observasi ini dapat digolongkan menjadi empat. Yang pertama partisipasi pasif yaitu dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Yang kedua partisipasi moderat yaitu dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semua. Yang ketiga partisipasi aktif dalam observasi ini peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh narasumber tetapi belum sepenuhnya lengkap. Dan yang keempat partisipasi lengkap yaitu dalam melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data. Jadi suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan.
Observasi Terus Terang atau Tersamar
Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti sudah mengetahui sejak awal hingga akhir tujuan aktivitas peneliti.
Observasi Tak Berstruktur
Observasi tak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.

b. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Esterberg dalam Sugiyono, 2015: 317). Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahu hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Dalam penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam.

c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Studi dokumen merupakan pelengkap dari metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh dokumen yang ada seperti autobiografi, foto-foto, karya tulis akademik dan seni yang ada. Tetapi tidak semua dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi. Seperti contoh foto yang tidak mencerminkan keadaan aslinya atau autobiografi yang ditulis untuk dirinya sendiri, sehingga sering subjektif.

d. Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan (gabungan) dari beberapa teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada. Triangulasi berarti peneliti menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk mendapat data dari sumber yang sama. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda, dengan teknik yang sama.


17. Komponen dan Sistematika Proposal Penelitian Kualitatif



DAFTAR PUSTAKA

Santana K, Septian. 2007.  Menulis II
Ilmiah Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Komentar

Postingan Populer