Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa





BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
        Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu (siswa) yang akan belajar karena pada hakikatnya proses pembelajaran merupakan interaksi belajar mengajar yang melibatkan beberapa unsur khususnya guru dan siswa. Dalam hal ini keduanya saling melengkapi dan masing-masing memiliki fungsi dan peran penting dalam konteks belajar-mengajar. Siswa adalah anak didik, anak didik adalah individu yang berbeda satu sama lainnya. Keunikan dan perbedaan menjadi hal yang wajar karena memang antara satu orang dengan orang lainnya tidak akan bisa dikatakan sama. Oleh karena itu, pembelajaran hendaknya memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individual (antarpersonal) sehingga pembelajaran akan berjalan sesuai dengan konsep yaitu merubah kondisi siswa dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham serta dari berperilaku tidak baik menjadi berperilaku baik. 
       Kondisi riil siswa (anak didik) selama ini kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik. Hal ini terlihat dari kebanyakan guru yang hanya memperhatikan kelas secara kesuluruhan tanpa memperhatikan komponen-komponen penting dalam kelas secara spesifik. Semua tindakan kelas dari guru sendiri hanya berupa pengondisian-pengondisian yang hanya dilakukan oleh satu pihak saja yaitu guru sebagai pengajar. Kurangnya pengelolaan sistem pembelajaran dan strategi yang digunakan akan mempersulit siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan atau dapat dikatakan proses belajar-mengajar yang dijalani tersebut tidak berhasil. Hal ini karena pembelajaran masih bersifat konvensional. Untuk mengubah ketidakberhasilan yang sudah sering terjadi maka harus diubah tatanan sistem pembelajaran, yang tercakup di dalamnya yaitu salah satunya strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk juga penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti bahwa di dalam penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu, artinya disini bahwa arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan, sehingga penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Namun sebelumnya perlu dirumuskan suatu tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya.
       Tujuan pembelajaran yang utama yaitu untuk transfer ilmu pengetahuan ( knowledge), baik yang diperoleh dari pengalaman maupun latihan yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Dalam proses tersebut biasanya siswa dituntut untuk aktif. Keaktifan siswa mampu dilihat salah satunya saat pembelajaran dalam kelas. Oleh karenanya strategi yang dipakai dalam pembelajaran seharusnya berupa pembelajaran aktif.
       Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Di sisi lain, Silberman, (2009:35) menyatakan lingkungan fisik dalam kelas dapat mendukung atau menghambat kegiatan belajar aktif. Belajar aktif itu sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika peserta didik pasif, atau hanya menerima dari pengajar, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Dalam proses pembelajaran aktif peserta didik diajak untuk belajar secara aktif, ketika peserta didik belajar dengan aktif maka mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran.

2. Masalah
2.1 Rumusan Masalah
1) Bagaimana pengertian strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran?
2) Bagaimana jenis-jenis strategi pembelajaran?
3) Bagaimana pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran?
4) Bagaimana prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran dalam konteks standar proses pendidikan?
5) Bagaimana pembelajaran berorientasi aktivitas siswa?

 3. Tujuan
        Untuk menjelaskan sekaligus memberikan pemahaman mengenai strategi, metode, pendekatan, jenis-jenis pembelajaran. Memberi pengetahuan lebih dalam mengenai pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran, prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran dalam standar proses pendidikan. Memberikan pemaparan tentang pembelajaran berorientasi aktivitas siswa beserta hal terkait lainnya.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
 
1. Pengertian, Strategi, Metode, dan Pendekatan Pembelajaran
        Menurut J.R. David (Sanjaya, 2006: 126), dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method or series of activities designed to achieves a particular educational goal , yaitu strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
        Adapun pendapat lain, menurut Kemp (Sanjaya, 2006: 126), yang menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat diatas, Dick Carey (Sanjaya, 2006:126), menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa
       Pendapat berbeda dari Djamarah (2010: 5), yang menyatakan secara umum strategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Jika dihubungkan dengan belajar-mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan
       Berbeda dengan pendapat di atas Joni (Hamdani, 2011: 18), berpendapat bahwa yang dimaksud strategi adalah suatu prosedur yang digunakan untuk memberikan suasana yang konduktif kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Lain halnya dengan pendapat Gerlach dan Ely (Hamdani: 19), yang menjelaskan apabila dihubungkan dengan proses belajar mengajar, strategi adalah cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa.
       Menurut Moedjiono (Asih, 2016: 2), strategi pembelajaran adalah kegiatan guru untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsistensi antara aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem pembelajaran, yang untuk itu guru menggunakan siasat tertentu. Menurut Huda (Iskandarwassid, 2009: 6) mengatakan strategi belajar dipersepsi dan diartikan berbeda-beda . Adapun yang menggambarkan strategi belajar sebagai sifat, tingkah laku yang tidak teramati atau langkah nyata yang dapat diamati.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran meliputi kegiatan atau pemakaian teknik yang dilakukan oleh pengajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai ke tahap evaluasi, serta program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu pengajaran. Adapun yang dimaksud kemampuan mengelola proses pembelajaran adalah kesanggupan atau kecakapan para pengajar dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara pengajar dengan peserta didik, yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Semuanya berlangsung dalam upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjutnya agar tercapainya tujuan pengajaran.
       Metode adalah upaya yang digunakan dalam pengimplementasian rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai secara optimal. Misalnya pada strategi ekspositori dapat digunakan metode ceramah, sekaligus tanya jawab bahkan diskusi. Dengan kata lain, metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi ( a way in achieving something).
       Selain istilah strategi, ada juga yang memiliki kemiripan yaitu pendekatan (approach). Pendekatan diartikan sebagai tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Roy Killen (1998), mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa ( student-centered approaches).
2. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
        Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan. Rowntree, (Sanjaya, 2006: 128—129) mengelompokkan ke dalam strategi penyampaian-penemuan atau exposition-discovery learning dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran individual atau groups-individual learning.
Dalam strategi exposition, bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Roy Killen menyebutnya dengan strategi pembelajaran langsung ( direct instruction) sebab dalam strategi ini materi pelajaran yang disajikan diberikan begitu saja pada siswa untuk dikuasai secara penuh, siswa tidak dituntut untuk mengolahnya. Dengan demikian dalam strategi ini, guru berfungsi sebagai penyampai informasi. Berbeda halnya dengan strategi discovery. Dalam strategi ini bahan pelajaran yang dicari, ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas, sehingga tugas guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Karena sifatnya yang demikian, strategi ini disebut juga strategi pembelajaran tidak langsung.
Strategi pembelajaran individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh kemampuan siswa yang bersangkutan secara individu. Oleh karena itu bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri. Contohnya: modul.
       Lain halnya dengan strategi pembelajaran individual, belajar kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seorang atau beberapa orang guru. Bentuk belajar kelompok itu bisa dalam kelompok besar atau pembelajaran klasikal atau siswa belajar dalam kelompok kecil semacam buzz group. Strategi kelompok tidak memperhatikan kecepatan belajar individual, setiap individu dianggap sama.
       Ditinjau dari cara penyajiannya dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dibagi menjadi strategi pembelajaran deduktif dan strategi pembelajaran induktif. Strategi pembelajaran deduktif adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari kesimpulan dan ilustrasi-ilustrasi; atau bahan pelajaran yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang abstrak menuju hal yang konkret. Strategi ini biasa disebut strategi pembelajaran dari umum ke khusus. Sebaliknya, pada strategi induktif bahan yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang konkret atau contoh-contoh yang kemudian secara perlahan siswa dihadapkan pada materi yang kompleks atau sukar. Strategi ini biasa disebut strategi pembelajaran dari khusus ke umum.
Adapun menurut Iskandarwassid, (2009: 26—33), berikut ini dijelaskan jenis-jenis strategi pembelajaran berdasarkan klasifikasinya.
a. Strategi Pembelajaran berdasarkan Penekanan Komponen
dalam Program Pengajaran
Berdasarkan komponen yang mendapatkan tekanan dalam program pengajaran, strategi pembelajaran dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Pengajar
       Strategi pembelajaran yang berpusat pada pengajar disebut juga strategi pembelajaran tradisional (klasik) yang berpendapat bahwa mengajar adalah menyampaikan informasi kepada peserta didik. Dengan demikian tekanan strategi pembelajaran berada pada pengajar itu sendiri. Pengajar berlaku sebagai sumber informasi yang mempunyai posisi sangat dominan. Pengajar harus berusaha mengalihkan pengetahuannya kepada peserta didik dan menyampaikan keterangan atau informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik. Belajar dalam pendekatan ini adalah usaha untuk menerima informasi dari pengajar sehingga aktivitas pembelajaran peserta didik cenderung menjadi pasif. Strategi pembelajaran yang berpusat pada pengajar ini disebut teacher center strategies.
2. Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Peserta Didik
       Penelitian menyoroti bahwa strategi yang paling umum digunakan oleh guru dalam pelajaran seluruh kelas, termasuk instruksi langsung dan tanggapan murid (Maheady, Michielly-Pendl Harper & Malette, 2006). Namun penelitian menunjukkan strategi tersebut dapat menimbulkan peluang berkurang untuk partisipasi murid individu, dimana murid dapat menjadi pengamat pasif daripada peserta aktif dalam pembelajaran mereka sendiri (misalnya Cooper & Robinson, 2003). Selain itu, meminta masing-masing anak di kelas, sering mengakibatkan pastisipasi yang lebih sering oleh murid yang mencapai kemampuan lebih tinggi, dengan murid yang mencapai kemampuan lebih rendah, hal itu menampilkan tingkat partisipatif yang kurang (mis Lambert, Cartledge, Heward & Lo, 2006). Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, bertitik tolak pada sudut pandang bahwa mengajar merupakan usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar. Mengajar dalam arti ini adalah usaha untuk menciptakan suasana belajar bagi peserta didik yang optimal. Yang menjadi pusat perhatian dalam proses pembelajaran adalah peserta didik, mengenai kemampuan peserta didik untuk menemukan, memahami, dan memproses informasi.
       Peserta didik adalah bukan sebagai objek pendidikan, tetapi subjek dalam modalitas. Peserta didik berusaha secara aktif untuk mengembangkan dirinya di bawah bimbingan pengajar. Oleh karena itu dalam kegiatan pembelajaran diperlakukan bukan sebagai objek tetapi sebagai subjek aktif. Dalam proses pembelajaran peserta didik adalah manusia yang menjalani perubahan untuk menjadikan dirinya individu dan personal yang memiliki kepribadian dan kemampuan tertentu dengan aktualisasi diri (self actualization).
       Jadi strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah strategi pembelajaran yang memberi kesempatan seluas-luasnya pada peserta didik untuk aktif dan berperan dalam kegiatan pembelajaran.
3. Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Materi Pengajaran
       Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pengajaran disebut juga material center strategies, bertitik tolak dari pendapat yang mengemukakan bahwa belajar adalah usaha untuk memperoleh dan menguasai informasi. Dalam hal ini strategi pembelajaran dipusatkan pada materi pelajaran. Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang disertai arus globalisasi yang berakibat pengajar tidak lagi menjadi sumber informasi. Sekolah tidak lagi menjadi satu-satunya sumber informasi, karena banyak media yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi seperti media massa cetak dan elektronik.
a. Strategi Pembelajaran berdasarkan Kegiatan
Pengolahan Pesan atau Materi
Berdasarkan kegiatan pengolahan pesan atau materi, strategi pembelajaran dibedakan menjadi dua, yaitu strategi pembelajaran ekspositoris dan strategi belajar mengajar heuristik dan kurioristik.
1. Strategi Pembelajaran Ekspositoris
       Strategi pembelajaran ekspositoris merupakan strategi berbentuk penguraian, baik berupa bahan tertulis maupun penjelasan atau penyajian verbal. Pengajar mengolah materi secara tuntas sebelum disampaikan di kelas. Strategi pembelajaran ini menyiasati agar semua aspek dari komponen-komponen pembentuk sistem instruksional mengarah pada sampainya isi pelajaran kepada peserta didik secara langsung. Dalam strategi ini pengajar berperan sangat dominan, sedangkan peserta didik berperan sangat pasif atau menerima saja.
2. Strategi Pembelajaran Heuristik dan Kurioristik
       Strategi pembelajaran heuristik adalah strategi pembelajaran yang bertolak belakang dengan strategi pembelajaran ekspositoris, dalam strategi ini peserta didik diberi kesempatan untuk berperan dominan dalam proses pembelajaran. Strategi ini menyiasati agar aspek-aspek pembentuk sistem instruksional mengarah pada pengaktifan peserta didik dalam mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang mereka butuhkan.
       Dalam strategi heuristik pengajar pertama-tama mengarahkan peserta didik kepada data-data terpilih, selanjutnya peserta didik merumuskan kesimpulan berdasarkan data-data tersebut. Bila kesimpulannya tepat, maka strategi ini bisa dikatakan tercapai dan proses berakhir. Sebaliknya, bila kesimpulan salah, pengajar bisa memberikan data baru sampai peserta didik memperoleh kesimpulan yang tepat. Dalam hal ini tugas pengajar hanya mengarahkan dan menuntun peserta didik.
a. Strategi Pembelajaran Berdasarkan Pengolahan Pesan atau Materi
Strategi pembelajaran berdasarkan cara pengolahan atau memproses pesan atau materi dibedakan menjadi dua jenis yaitu berikut ini.
1. Strategi Pembelajaran Deduksi
       Strategi pembelajaran deduksi mengolah pesan mulai dari hal umum menuju hal yang khusus, dari hal-hal yang abstrak kepada hal-hal yang nyata, dari konsep-konsep yang abstrak kepada contoh-contoh yang konkret, dari sebuah premis menuju ke kesimpulan logis. Langkah-langkah dalam strategi deduktif meliputi tiga tahap. Pertama, pengajar memilih pengetahuan untuk diajarkan. Kedua, pengajar memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Ketiga, pengajar memberikan contoh-contoh dan membuktikannya kepada peserta didik.
2. Strategi Pembelajaran Induksi
       Strategi pembelajaran induktif adalah pengolahan pesan yang dimulai dari hal-hal yang khusus, dari peristiwa-peristiwa yang bersifat individual menuju generalisasi, dari pengalaman-pengalaman empiris yang sifatnya individual munuju kepada konsep yang bersifat umum. Menurut Kenneth B. Anderson beberapa langkah untuk menentukan strategi pembelajaran induksi. Pertama, pengajar memilih bagian dari pengetahuan, aturan umum, prinsip, konsep, dan seterusnya yang akan diajarkan. Kedua, pengajar menyajikan contoh-contoh spesifik untuk dijadikan bagian penyususnan hipotesis. Ketiga, bukti-bukti disajikan dengan maksud membenarkan atau menyangkal berbagai hipotesis tersebut. Keempat, menyimpulkan bukti dan contoh-contoh tersebut.
b. Strategi Pembelajaran Berdasarkan Cara Memproses Penemuan
Berdasarkan cara memproses penemuan, strategi pembelajaran dibedakan atas strategi ekspositoris dan strategi penemuan (discovery). Berikut ini penjelasannya.
1. Strategi Pembelajaran Ekspositoris
       Strategi pembelajaran ekspositoris merupan strategi berbentuk penguraian yang dapat berupa bahan tertulis atau penjelasan (presentasi) verbal. Pengajar mengolah secara tuntas pesan atau materi sebelum disampaikan di kelas. Strategi pembelajaran ini menyiasati agar semua aspek dan komponen-komponen pembentuk sistem instruksional mengarahkan paeda tersampaikannya isi pelajaran (informasi) kepada peserta didik secara langsung.
2. Strategi Pembelajaran Discovery
       Dalam bukunya Roestiyah (2001), mengemukakan bahwa discovery (penemuan) adalah proses mental peserta didik yang mampu mengasimilasikan sebuah konsep atau prinsip. Yang dimaksud proses mental ialah mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, menduga atau memperkirakan, menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan. Dalam strategi pembelajaran ini peserta didik dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri. Pengajar hanya membimbing dan memberikan instruksi (petunjuk). Strategi discovery dapat membantu peserta didik untuk memperoleh berbagai peningkatan diantaranya:
a. Mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitifnya;
b. Memperoleh pengetahuan yang bersifat individual sehingga dapat dengan kokoh tersimpan dalam jiwa peserta didik;
c. Membangkitkan kegairahan belajar peserta didik;
d. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing;
e. Mengarahkan peserta didik untuk memiliki motivasi yang kuat sehingga belajar lebih giat;
f. Memperkuat dan menambah kepercayaan diri peserta didik dengan proses penemuannya.

       Kelemahan strategi pembelajaran discovery ialah bahwa akan kurang efektif bila diterapkan pada kelas dengan jumlah peserta didik yang banyak atau besar. Strategi ini tidak akan berhasil apabila tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir secara kreatif. Teknik ini terlalu mementingkan proses pengertian saja dan kurang memperhatikan pembentukan atau perkembangan sikap dan keterampilan bagi peserta didik, serta memerlukan kesiapan dan kematangan peserta didik. Peserta didik harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitar proses pembelajaran dengan baik.
1. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
Selain jenis-jenis di atas yang sudah dijelaskan, ada beberapa pendapat lain mengenai jenis-jenis strategi pembelajaran yaitu menurut Sanjaya, (Asih, 2016)
a. Strategi Pembelajaran Inquiry
       Pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban atas suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Strategi pembelajaran inqury merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Hal tersebut dikarenakan dalam strategi ini siswa memegang peran sangat penting dan dominan dalam proses pembelajaran
Keunggulan strategi pembelajaran inquiry adalah sebagai berikut.
1) Strategi pembelajaran menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna
2) Strategi ini memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka
3) Strategi ini dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern, yang menganggap belajara sebagai proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman
4) Strategi ini melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar baik tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Kelemahan strategi pembelajaran inquiry adalah sebagai berikut.
1) Kegiatan dan keberhasilan siswa sulit terkontrol
2) Sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentuk dengan kebiasaan siswa dalam belajar
3) Pengimplementasiannya memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan
4) Selama criteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, strategi pembelajaran inquiry akan sulit diimplementasikan oleh guru.
b. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Strategi ini dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
1. Ciri Strategi Prembelajaran Berbasis Masalah
Tiga ciri utama strategi pembelajaran berbasis masalah yaitu sebagai berikut:
a. Dalam strategi pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, tetapi menuntut siswa untuk aktif berpikir, berkomunikasi, mencari, dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan.
b. Aktivitas pembelajaran digunakan untuk menyelesaikan masalah. Menempatkatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran, artinya tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
c. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir yang dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
2. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Keunggulan strategi pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut.
a. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.
b. Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
c. Siswa mampu mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
d. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
e. Lebih menyenangkan dan disukai siswa.
f. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
g. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
h. Mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar.
Kelemahan strategi pembelajaran berbasis masalah meliputi berikut ini.
a. Tidak memiliki minat dan kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan akan membuat siswa merasa enggan untuk mencoba
b. Membutuhkan waktu untuk persiapan
c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, mereka tidak akan belajar sesuatu yang ingin mereka pelajari
c. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
       Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi yang menekankan pada kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini, materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa, tetapi siswa dibimbing untuk menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus-menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa. Model strategi pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaah fakta-fakta atau pengalaman siswa sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajarkan.
Ada beberapa hal yang terkandung dalam strategi peningkatan kemampuan berpikir, yaitu sebagai berikut.
1) Strategi pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, tujuan dalam pembelajaran ini bukan sekedar menguasai sejumlah materi, tetapi siswa dapat mengembangkan gagasan dan ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal.
2) Telaah fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir , artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan pada pengalaman sosial siswa dalam kehidupan sehari-hari dan berdarkan kemampuan merka untuk mendeskripsikan hasil pengamatannya terhadap berbagai fakta dan data yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari.
3) Sasaran akhir strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.
d. Strategi pembelajaran Kooperatif/Kelompok
       Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu:
1. peserta dalam kelompok;
2. aturan kelompok;
3. upaya belajar setiap kelompok;
4. tujuan yang harus dicapai dalam kelompok belajar.
       Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaiannya dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward) jika menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
e. Strategi Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching Learning
       Contextual Teaching Learning (TCL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penenrapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa dapat diperoleh dari usaha siswa mengonstruksikan sendiri pengetahuan dan keteampilan baru ketika ia belajar. Pembelajaran CTL melibatkan enam komponen utama pembelajaran produktif, yaitu konstruktivisme, bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar ( learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Landasan filosofi CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya menghafal, tetapi siswa juga harus mengonstruksikan pengetahuan di benaknya sendiri; pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi fakta-fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
f. Strategi Pembelajaran Afektif
       Strategi pembelajaran afektif berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value) yang sulit diukur karena berkaitan dengan kesadaran yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu, afeksi muncul dalam kejadian behavioral. Akan tetapi, penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi terus-menerus dan hal ini tidak mudah dilakukan. Strategi pembelajaran afektif pada umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konflik atau situasi yang problematik. Melalui situasi ini, siswa diharapkan dapat mengambil keputusan nilai yang dianggapnya baik
3. Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran
       Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien. Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya. Namun sebelum menetukan strategi pembelajaran apa yang akan digunakan, ada baiknya memperhatikan beberapa hal berikut. 

a. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
1) Apakah tujuan pembelajaran yasng ingin dicapai berkenaan dengan aspek kognitif, afektif, atau psikomotor?
2) Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau rendah?
3) Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterangan akademis?
b. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi proses pembelajaran
1) Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?
2) Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak?
3) Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu?
c. Pertimbangan dari sudut siswa
1) Apakah strategi pembelajran sesuai dengan tingkat kematangan siswa?
2) Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa?
3) Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar siswa?
d. Pertimbangan-pertimbangan lainnya
1) Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu strategi saja?
2) Apakah strategi yang kita tetapkan dianggap satu-satunya strategi yang dapat digunakan?
3) Apakah strategi itu memiliki efektivitas dan efisiensi? 

4. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran
dalam Konteks Standar Proses Pendidikan
       Yang dimaksud prinsip-prinsip dalam bahasan ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan strategi pembelajaran. Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Ada beberapa prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran yang harus dipahami guru, yaitu sebagai berikut.
1. Berorientasi pada Tujuan
        Dalam sistem pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Segala aktivitas guru dan siswa, mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ini sangat penting, sebab mengajar adalah proses yang bertujuan. Oleh karenanya keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.
       Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu strategi yang harus digunakan guru. Hal ini seringkali dilupakan guru. Guru yang senang berceramah, hamper setiap tujuan menggunakan strategi penyampaian, seakan-akan dia berpikir bahwa segalaa jenis tujuan dapat dicapai dengan strategi yang demikian. Hal ini tentu saja keliru. Apabila kita menginginkan siswa terampil menggunakan alat tertentu, maka tidak mungkin menggunakan strategi penyampaian atau bertutur, tetapi harus berpraktik secara langsung.
2. Aktivitas
       Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat; memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak terbatas pada aktivitas fisik saja tetapi juga meliputi aktivitas psikis seperti mental. Guru sering lupa hal ini. Banyak guru terkecoh oleh sikap siswa yang pura-pura aktif padahal sebenarnya tidak.
3. Individualitas
       Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa. Walaupun kita mengajar pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang ingin kita capai adalah perubahan perilaku setiap siswa. Dilihat dari segi jumlah siswa sebaiknya standar keberhasilan guru ditentukan setinggi-tingginya. Semakin tinggi standar keberhasilan ditentukan, maka semakin berkualitas proses pembelajaran.
4. Integritas
       Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, akan tetapi juga meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotorik. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegrasi.
Jika di atas adalah prinsip umum, maka ada sejumlah prinsip khusus dalam pengelolaan pembelajaran, diantaranya sebagai berikut.
1) Interaktif
       Prinsip interaktif mengandung makna bahwa mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan pengetahuan dari guru ke siswa; akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Dengan demikian, proses pembelajaran adalah proses interaksi baik antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa, maupun siswa dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi, memungkinkan kemampuan siswa akan berkembang baik mental maupun intelektual.
2) Inspiratif
       Proses pembelajaran adalah proses yang inspiratif, yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Berbagai informasi dan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran bukan harga mati, yang bersifat mutlak, akan tetapi merupakan hipotesis yang merangsang siswa untuk mau mencoba dan mengujinya. Oleh karena itu, guru mestinya membuka berbagai kemungkinan yang dapat dikerjakan siswa. Biarkan siswa berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya sendiri, sebab pengetahuan pada dasarnya bersifat subjektif yang bisa dimaknai oleh setiap subjek belajar.
3) Menyenangkan
       Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa. Seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang manakala siswa terbebas dari rasa takut, dan menenagkan. Oleh karena itu perlu diupayakan agar proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan (enjoyful learning). Proses pembelajaran yang menyenagkan bisa dilakukan, pertama, dengan menata ruangan yang apik dan menarik, atau yang memenuhi unsur kesehatan, misalnya pengaturan cahaya, vertilasi, dan sebagainya; serta memenuhi unsur keindahan, misalnya cat tembok, yang segar, bersih dan penuh warna, bersih dari debu, hiasan-hiasan dinding seperti lukisan dan karya-karya, serta hiasan ruangan seperti vas bunga dan sebaginya. Kedua, melalui menggunakan pola dan model pembelajaran, media, dan sumber belajar yang relevan serta gerakan-gerakan guru yang mampu membangkitkat motivasi belajar siswa.
4) Menantang
       Proses pembelajaran adalah proses yang menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa melaui kegiatan mencoba-coba, berpikir secara intuitif atau bereksplorasi. Apapun yang diberikan dan dilakukan guru harus dapat merangsang siswa untuk berpikir (learning how to learn) dan melakukan (learning how to do). Apabila guru akan memberikan informasi, hendaknya tidak memberikan informasi yang sudah jadi atau siap “ditelan” siswa, tetapi informasi yang mampu membangkitkan siswa untuk “mengunyahnya”, untuk memikirkannya sebelum diambil kesimpulan.
5) Motivasi
       Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin siswa memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu, membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap proses pembelajarn. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Dorongan itu hanya mungkin muncul dalam diri siswa manakala siswa merasa membutuhkan (need). Siswa yang merasa butuh akan bergerak dengan sendirinya untuk memperoleh kebutuhannya. Oleh karena itu, dalam rangka membangkitkan motivasi, guru harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan siswa, dengan demikian siswa akan belajar buka hanya sekedar untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya. 

5. Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS)
        Dalam proses standar pendidikan, pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa. Artinya, sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa (PBAS).
       Strategi adalah suatu cara dalam menyelesaikan atau melakukan sebuah tindakan. Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika berfikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga berfikir strategi apa yang harus dilakukan agar proses pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan strategi pembelajaran berorientasi aktifitas siswa, merupakan suatu fenomena, terlepas dari besar kecilnya kadar keaktifan siswa dalam belajar tersebut.   
       Fenomena adanya cara belajar aktifitas secara faktual, dapat meningkatkan kadar keaktifan siswa, merupakan suatu kenyataan yang baru muncul dalam belajar mengajar memerlukan suatu penanganan khusus, terutama terhadap sifat konservatif para guru pada umumnya.
       Strategi pembelajaran berorientasi aktifitas siswa merupakan salah satu upaya pembaharuan pendidikan di Indonesia. Adanya pembaharuan pendidikan, didorong oleh berbagai masalah kependidikan secara nasional, antara lain :
1) Masalah pemerataan pendidikan
2) Masalah relevansi pendidikan dengan tuntutan masyarakat
3) Masalah kualitas/mutu pendidikan
4) Masalah efisiensi pendidikan.
       Ada beberapa asumsi perlunya pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa. Pertama, asumsi filosofis tentang pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial, maupun kedewasaan moral. Oleh karena itu, proses pendidikan bukan hanya mengembangkan intelektual sja, tetapi mencakup seluruh potensi yang dimiliki anak didik. Dengan demikian, hakikat pendidikan pada dasarnya adalah: (a) interaksi manusia; (b) pembinaan dan pengembangan potensi manusia; (c) berlangsung sepanjang hayat; (d) kesesuaian dengan kemampuan dan tingkat perkembangan siswa; (e) keseimbangan antara kebebasan subjek didik dan kewibawaan guru; dan (f) peningkatan kualitas hidup manusia.
       Kedua, asumsi tentang siswa sebagai subjek pendidikan, yaitu: (a) siswa bukanlah manusia dalam ukuran mini, akan tetapi manusia yang sedang dalam tahap perkembangan; (b) setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda; (c) anak didik pada dasarnya insan yang aktif, kreatif dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya; (d) anak didik memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhannya. Asumsi tersebut menggambarkan bahwa anak didik bukanlah objek yang harus dijejali dengan informasi, tetapi mereka adalah subjek yang memiliki potensi dan proses pembelajaran seharusnya diarahkan untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak didik itu.
       Ketiga , asumsi tentang guru adalah: (a) guru bertanggungjawab atas tercapainya hasil belajar peserta didik; (b) guru memiliki kemampuan professional dalam mengajar; (c) guru mempunyai kode etik keguruan; (d) guru memiliki peran sebagai sumber belajar, pemimpin (organisator) dalam belajar yang memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi siswa dalam belajar.
1. Konsep dan Tujuan PBAS
       PBAS dipandang sebagai suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang. Dari konsep tersebut ada dua hal yang harus dipahami.
Pertama , dilihat dari sisi proses pembelajarn PBAS menekankan pada aktivitas siswa secara optimal, artinya PBAS menghendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, termasuk emosional, dan aktivitas intelektual. Oleh karena itu, kadar PBAS tidak hanya bisa dilihat dari aktivitas fisik saja, tetapi juga aktivitas mental dan intelektual.
       Kedua, dilihat dari sisi hasil belajar, PBAS menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor). Artinya, dalam PBAS pembentukan siswa secara utuh merupakan tujuan utama dalam proses pembelajaran. PBAS tidak menghendaki pembentukan siswa yang secara imtelektual cerdas tanpa diimbangi oleh sikap dan keterampilan. PBAS adalah sebagai salah satu bentuk inovasi dalam memperbaiki kualitas proses belajar mengajar bertujuan untuk membantu peserta didik agar bisa belajar mandiri dan kreatif, sehingga ia dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat menunjang terbentuknya kepribadian yang mandiri. Dengan kemampuan itu diharapkan lulusan menjadi anggota masyarakat yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang dicita-citakan. Sedangkan, secara khusus pendekataan PBAS bertujuan, pertama, meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna. Artinya melalui PBAS siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah infiormasi, tetapi juga bagaimana memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya. Kedua, mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya, artinya melalui PBAS diharapkan tidak hanya kemampuan intelektual saja yang berkembang, tetapi juga seluruh pribadi siswa termasuk sikap dan mental.
2. Peran Guru dalam Implementasi PBAS
       Kekeliruan yang kerap muncul adalah adanya anggapan bahwa dengan PBAS peran guru semakin kurang. Anggapan ini tidak tepat, sebab walaupun PBAS didesain untuk meningkatkan aktivitas siswa, tidak berarti mengakibatkan kurangnya peran dan tanggung jawab guru. baik guru maupun siswa sama-sama berperan secara penuh, oleh karena peran mereka sama-sama sebagai subjek belajar. Adapun yang membedakannya hanya terletak pada tugas yang harus dilakukan.
       Dalam implementasi PBAS, guru tidak berperan sebagai satru-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada siswa, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana memfasilitasi agar siswa belajar. Oleh karena itu, penerapan PBAS menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga mampu menyesuaikan kegiatan mengajarnya dengan gaya dan karakteristik belajar siswa. Untuk itu ada beberapa hal yang dapat dilakukan guru diantaranya sebagai berikut.
a. Mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
b. Menyusun tugas-tugas belajar bersam siswa.
c. Memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan.
d. Memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa yang memerlukannya
e. Memberikan motivasi, mendorong siswa untuk belajar, membimbing dan lain sebagainya melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan.
f. Membantu siswa dalam menarik suatu kesimpulan.
       Selain peran-peran di atas, masih banyak tugas lain yang menjadi tanggungjawab guru. misalnya, manakala siswa memerlukan suatu informasi tertentu, maka guru berkewajiban untuk menunjukkan di mana informasi itu dapat diperoleh siswa. Dengan demikian, guru tidak menempatkan diri sebagai sumber informasi, tetapi berperan sebagai petunjuk dan fasilitator dalam memanfaatkan sumber belajar.
3. Penerapan PBAS dalam Proses Pembelajaran
       Dalam kegiatan belajar mengajar PBAS diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah, dan sebagainya; akan tetapi juga ada yang tidak bisa diamati, seperti kegiatan mendengarkan dan menyimak. Kadar PBSA tidak bisa ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga aktivitas nonfisik seperti mental, intelektual, dan emosiaonal. Oleh sebab itu, aktif atau tidak aktifnya siswa dalam belajar hanya siswa yang mengetahuinya secara pasti.
       Namun demikian salah satu hal yang dapat kita lakukan untuk mengetahui apakah suatu proses pembelajaran memiliki kadar PBSA yang tinggi, sedang, atau lemah, dpat kita lihat dari criteria penerapan PBSA dalam proses pembelajaran. Kriteria tersebut menggambarkan sejauh mana keterlibatan siswa dalam pembelajaran baik dalam perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran maupun dalam mengevaluasi hasil pembelajaran. Semakin siswa terlibat dalam ketiga aspek tersebut, maka kadar PBSA semakin tinggi. 

1. Kadar PBAS dilihat dari proses perencanaan
a) Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan pembelajarn sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta pengalaman dan motivasi yang dimiliki sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kegiatan pembelajaran.
b) Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan pembelajaran.
c) Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan memilih sumber belajar yang diperlukan.
d) Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan mengadakan media pembelajaran yang akan digunakan. 

2. Kadar PBAS dilihat dari proses pembelajaran
a) Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional, maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran
b) Siswa belajar secara langsung (experiental learning).
c) Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif.
d) Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran.
e) Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan maslah yang diajukan atau yang timbul selam proses pembelajaran berlangsung.
f) Terjadinya interaksi yang multi-arah baik antara siswa dengan siswa, atau guru dengan siswa. 

3. Kadar PBAS ditinjau dari kegiatan evaluasi pembelajaran 
a) Adanya keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
b) Keterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugas yang harus dikerjakan.
c) Kemauan siswa untuk menyusun laporan baik tertulis maupun secara lisan berkenaan hasil belajar yang diperoleh.
Dari ciri-ciri tersbut dapat ditentukan apakah proses pembelajaran yang diciptakan oleh guru mempunyai kadar PBAS yang tinggi, sedang atau lemah.

4. Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan PBAS 
Keberhasilan penerapan PBAS dalam proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya:
a. Guru
Dalam proses pembelajaran dalam kelas, guru merupakan ujung tombak yang sangat menentukan keberhasilan penerapan PBAS, karena guru merupakan orang yang berhadapan langsung dengan siswa. Ada beberapa hal yang memengaruhi keberhasilan PBAS dipandang dari sudut guru, yaitu sebagai berikut.
1) Kemampuan guru
       Kemampuan guru merupakan faktor pertama yang dapat memengaruhi keberhasilan pembelajaran dengan pendekatan PBAS. Guru yang memiliki kemampuan yang tinggi akan bersikap kreatif dan inovatif, yang selamanya akan mencoba menerapkan berbagai penemuan baru yang dianggap lebih baiik untuk membelajarkan siswa. Kemampuan guru bukan hanya dalam tataran perencanaan, akan tetapi juga dalam proses dan evaluasi pembelajaran. Dalam aspek perencanaan, guru dituntut untuk mampu mendesain perencanaan yang memungkinkan secara terbuka siswa dapat belajar sesuai dengan minat dan bakatnya, seperti kemampuan merumuskan tujuan pembelajaran, kemampuan menyusun dan menyajikan materi atau pengalaman belajar siswa, kemampuan untuk merancang desain pembelajran yang tepat sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, kemampuan menentukan dan memanfaatkan media dan sumber belajar, serta kemampuan menentukan alat evaluasi yang tepat untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran.
        Kemampuan dalam proses pembelajaran berhubungan erat dengan bagaimana cara guru mengimplementasikan perencanaan pembelajaran, yang mencakup keterampilan dasar mengajar dan keterampilan mengembangkan berbagai model pembelajaran yang dianggap mutakhir. Keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki, seperti keterampilan bertanya, keterampilan variasi stimulus, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan memberikan penguatan (renforcement), dan lain-lain. Sedangkan keterampilan mengembangkan model pembelajaran contohnya, mengembangkan model inkuiri, discovery, model keterampilan proses, model pembelajaran, metode klinis, advace organizer dan lain sebainya.
2) Sikap profesional guru
       Sikap profesional guru berhubungan dengan motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Guru yang profesional selamnya akan berusaha untuk mencapai hasil yang optimal. Ia tidak akan merasa puas dengan hasil yang telah dicapai. Oleh karena itu, ia akan selalu belajar untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan meningkatkan kemampuan dan keterampilannya, misalnya dengan melacak berbagai sumber belajar melalui kegiatan membaca, mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah seperti seminar, diskusi, simposium, dan sebagainya, serta melacak informasi dengan memanfaatkan hasil-hasil teknologi seperti televisi, radio, computer, sampai dengan internet. Penerapan PBAS sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang menuntut aktivitas siswa secara penuh dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran, akan sangat dipengaruhi oleh tingkat keprofesionalan guru, PBAS tidak akan berhasil diimplementasikan oleh guru yang memiliki motivasi yang rendah.
3) Latar belakang pendidikan dan pengalaman belajar guru
       Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru akan sangat berpengaruh terhadap implementasi PBAS. Demngan latar belakang pendidikan yang tinggi, memungkinkan guru memiliki pandangan dan wawasan yang luas terhadap variabel-variabel pembelajaran seperti pemahaman tentang psikologi anak, pemahaman terhadap unsure lingkungan dan gaya belajar siswa, pemaham tentang berbagai model dan metode pembelajaran
       Guru yang memiliki pemahaman tentang psikologi anak akan ditandai oleh perasaan menghargai terhadap seluruh usaha siswa. Dengan demikian, ia tidak akan menempatkan siswa sebagai objek yang harus dijejali dengan materi pelajaran; akan tetapi ia akan memandang siswa sebagai subjek belajar yang memiliki potensi untuk dikembangkan sehingga ia akan mendesain proses pembelajaran yang dapat mendorong siswa aktif dan kreatif dalam proses pengalaman belajar
Demikian juga dengan pengalaman mengajar. Guru yang telah memiliki jam terbang mengajar yang tinggi memungkinkan ia lebih mengenal berbagai hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
b. Sarana Belajar
       Keberhasilan implementasi PBAS juga dapat dipengaruhi ileh ketersediaan sarana belajar. Yang termasuk diantaranya yaitu ruang kelas dan setting tempat duduk siswa, media dan sumber belajar. Berikut penjelasannya.
1) Ruang kelas
       Menurut Kondisi ruang kelas merupakan faktor yang menentukan keberhasilan penerapan PBAS. Ruang kelas yang terlalu sempit misalnya, akan memengaruhi kenyamanan siswa dalam belajar. Demikian juga halnya dengan penataan kelas. Kelas yang tidak ditata dengan rapi, tanpa gambar yang menyegarkan, ventilasi yang kurang memadai dan sebagainya akan membuat siswa cepat lelah dan tidak bergairah dalam belajar. Yang juga harus diperhatikan dalam penataan ruang kelas adalah desain tempat duduk siswa. PBAS yang menghendaki siswa aktif dalam belajar, sebaiknya tempat duduk tidak bersifat statis, tetapi seharusnya dinamis. Artinya, tempat duduk didesain agar dapat dipindah-pindah sehingga bisa digunakan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.
2) Media dan sumber belajar
       PBAS merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan multimedia. Artinya, melalui PBAS siswa memungkinkan belajar dengan berbagai sumber informasi secara mandiri, baik dari media grafis seperti buku, majalah, surat kabar, buletin, dan lain-lain; atau dari media elektronik seperti radio, televisi, film slide, video, computer, atau mungkin internet. Oleh karena itu, keberhasilan penerapan PBAS akan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dan pemanfaatan media dan sumber belajar.
c. Lingkungan Belajar
       Lingkungan belajar merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan PBAS. Ada dua hal yang termasuk ke dalam faktor lingkungan belajar yaitu, lingkungan fisik dan lingkungan psikologis. Lingkungan fisik meliputi keadaan dan kondisi sekolah, misalnya jumlah kelas, laboratorium, perpustakaan, kantin, kamar kecil yang tersedia; serta di mana lokasi sekolah itu berada. Yang termasuk ke dalam lingkungan fisik ini juga adalah keadaan dan jumlah guru. keadaan guru misalnya adalah kesesuaian bidang studi yang melatar belakangi pendidikan guru dengan mata pelajaran yang diberikan.
Yang dimaksud lingkungan psikologis adalah iklim sosial yang ada di lingkungan sekolah itu. Misalnya, keharmonisan hubungan antar guru dengan guru, antara guru dengan kepala sekolah, termasuk keharmonisan antara pihak sekolah dengan orang tua. PBAS merupakan pendekatan pembelajaran yang memerlukan usaha dari setiap orang yang terlibat. Oleh karena itu, tidak mungkin PBAS dapat diimplementasikan dengan sempurna manakala tidak terjalin hubungan yang baik antara semua pihak yang terlibat.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
       Strategi pembelajaran dalam dunia pendidikan diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan atau rangkaian kegiatan yang metode. Dalam proses pembelajaran penggunaan strategi pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa, peserta didik berperan sebagai subjek pembelajaran dan sasaran pembelajaran. Partisipasi dan keaktifan siswa menjadi tolak ukur keberhasilan proses belajar mengajar.
       Aktivitas siswa sendiri bukan hanya berpusat pada aktivitas fisik, namun juga aktivitas psikis atau mental dan juga aktivitas emosional dan intelektual sehingga memungkikan pembelajaran dengan hasil yang optimal. Strategi tersebut bertujuan untuk mendapatkan hasil yang seimbang dan terpadu maka pengembangannya mencakup, kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Penerapan pembelajaran berorientasi aktifitas siswa dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti, diskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah, dan lain-lain.
       Tujuan utama strategi pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa adalah pembentukan siswa secara utuh. Namun juga peran guru tidak kalah pentingnya karena guru pun menjadi sebjek pembelajaran. Guru disini berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menerangkan materi pelajaran kepada siswa, akan tetapi guru juga berperan sebagai penunjuk informasi, dan fasilitator dalam memanfaatkan sumber belajar. Yang lebih penting lagi guru memfasilitasi agar siswa memiliki motivasi belajar.
2. Saran
       Dengan adanya strategi pembelajaran diharapkan mampu meningkatkan kualitas siswa baik dalam kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor melalui proses pembelajaran menjadi lebih terencana baik dalam tahap persiapan maupun pelaksanaan atau pengimplementasikan. Pembelajaran yang baik adalah siswa ditempatkan sebagai subjek bukan objek pembelajaran. Peran guru sangatlah penting untuk menuntun siswa secara mandiri dalam melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran agar dapat mereka temukan sendiri apa yang menjadi kebutuhan mereka. Agar strategi pembelajaran berorientasi pada siswa ini berjalan dengan baik, hendaknya semua komponen penting meliputi, guru, siswa materi pelajaran serta lingkungan belajar dapat saling melengkapi dan saling mendukung. 

DAFTAR PUSTAKA
 
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Hamdhani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia
Asih. 2016. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia
Iskandarwassid, Dadang Sunendar. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Kaderisasibkpmistabat.blogspot.com
www.into.ie/ROI/Publication/InTouch

Komentar

Postingan Populer