Konsep Dasar dan Penerapan Penelitian Tindakan Kelas dan Bimbingan Konseling
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia dianggap oleh sebagian kalangan masyarakatnya masih
rendah atau belum mencapai mutu (kualitas) yang tinggi, sehingga masih jauh
dari harapan dan tujuan banyak orang. Hal ini bisa dilihat dari lulusan
sekolah atau perguruan tinggi yang belum siap dalam memasuki dunia kerja.
Penyebabnya adalah minimnya kompetensi dan yang dimiliki siswa saat belajar
disekolah dan banyaknya persoalan yang dihadapi guru pada saat mengajar
atau waktu berdiri di depan kelas. Ada berbagai solusi atau cara sebagai
pemecahan masalah, beberapa diantaranya juga sudah banyak dibahas dalam
berbagai penelitian (research), baik itu dalam telaah penelitian
akademik ataupun laporan penelitian berbentuk artikel atau pada jenjang
skripsi, tesis, bahkan disertasi.
Upaya peningkatan mutu pendidikan haruslah dilakukan dengan menggerakkan
seluruh komponen yang menjadi subsistem dalam sistem pendidikan. Selama ini
penelitian-penelitian pendidikan sudah banyak dilakukan, dalam meningkatkan
mutu pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas menjadi salah satu
pendekatan dalam meningkatkan atau memperbaiki mutu pembelajaran karena
merupakan pendekatan pemecahan masalah yang bukan sekedar trial dan error,
tetapi menggarap masalah-masalah faktual yang dihadapi guru pada saat
pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini guru tidak perlu meninggalkan tugas
utamanya yaitu mengajar. Guru disini bisa bertindak sebagai peneliti dan
mendapatkan manfaat penelitian tindakan kelas tersebut secara langsung.
Penelitian tindakan kelas umumnya diarahkan kepada kebutuhan mendasar dan
secara praktis diperlukan dalam pendidikan.
Sebagai suatu pendekatan dalam meningkatkan dan memperbaiki mutu
pembelajaran tentu sebagai objek penelitian, kegiatan ini melibatkan
komponen penting pembelajaran khususnya di dalam kelas selain guru yaitu
siswa atau peserta didik. Peserta didik sebagai faktor pendukung mempunyai
peranan penting dengan ikut ambil bagian dalam kegiatan penelitian tindakan
kelas. Oleh karenanya keberadaannya juga harus dipertimbangkan dan
diperhatikan dari beberapa aspek. Guru yang bertanggung jawab dengan
tugasnya akan bertanggung jawab pula pada siswanya. Dalam hal mengajar,
mendidik, dan membimbing siswanya, guru ditekankan untuk dapat memahami
perbedaan individual atau secara personal yang ada pada siswanya.
2.
Masalah
2.1 Rumusan Masalah
1) Bagaimana konsep dasar penelitian tindakan kelas?
2) Bagaimana tujuan dari penelitian tindakan kelas?
3) Bagaimana manfaat dari penelitian tindakan kelas?
4) Bagaimana fokus, syarat dan prinsip-prisip pelaksanaan/penerapan
penelitian tindakan kelas?
5) Bagaimana kelebihan dan kelemahan penelitian tindakan kelas?
6) Bagimana langkah-langkah pelaksanaan peneltian tindakan kelas?
7) Bagaimana bimbingan dan konseling?
8) Bagaimana peran bimbingan dan konseling dalam penelitian tindakan kelas?
3.
Tujuan
1) Mendeskripsikan konsep dasar penelitian tindakan kelas.
2) Mendeskripsikan tujuan dari penelitian tindakan kelas.
3) Mendeskripsikan manfaat dari penelitian tindakan kelas.
4) Mendeskripsikan fokus, syarat dan prinsip-prisip pelaksanaan/penerapan
penelitian tindakan kelas.
5) Mendeskripsikan kelebihan dan kelemahan penelitian tindakan kelas.
6) Mendeskripsikan langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
7) Mendeskripsikan konsep dasar bimbingan dan konseling.
8) Mendeskripsikan peran bimbingan dan konseling dalam penelitian tindakan
kelas.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.
Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas
Pada awalnya penelitian tindakan (action research) dikembangkan
dengan tujuan utama yaitu untuk mencari penyelesaian terhadap problema
sosial termasuk pendidikan. Penelitian tindakan diawali oleh suatu kajian
terhadap suatu masalah secara sistematis (Kemmis dan Taggart, 1988). Hasil
kajian tersebut dijadikan dasar dijadikan dasar untuk menyusun rencana
kerja (tindakan) sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Kegiatan
berikutnya adalah pelaksanaan tindakan dilanjutkan dengan observasi dan
evaluasi. Hasil observasi dan evaluasi dapat berguna sebagai masukan atau
refleksi atas apa yang terjadi pada saat pelaksanaan tindakan. Hasil
refleksi kemudian dijadikan landasan untuk menentukan perbaikan serta
penyempurnaan untuk tindakan selanjutnya.
Menurut Kemmis (1988), menjelaskan penelitian tindakan adalah suatu bentuk
penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam
situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang
dilakukan sendiri. Dengan demikian, akan diperoleh pemahaman yang
komprehensif mengenai praktik dan situasi di mana praktik itu dilaksanakan.
Terdapat dua hal pokok dalam penelitian tindakan yaitu perbaikan dan juga
keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam
tiga arah yaitu, (1) untuk memperbaiki praktik; (2) untuk pengembangan
profesional dalam arti meningkatkan pemahaman para praktisi terhadap
praktik yang dilaksanakannya; serta (3) untuk memperbaiki keadaan atau
situasi di mana praktik tersebut di laksanakan.
Dalam bidang pendidikan, khususnya dalam hal praktik pembelajaran,
penelitian tindakan berkembang menjadi Penelitian Tindakan Kelas/PTK ( Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah
penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas ketika ketika
pembelajaran berlangsung yang dalam hal ini melibatkan semua komponen
pembelajaran dalam kelas dengan subjek guru dan siswa. Penelitian tindakan
kelas dilakukan dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan kualitas
pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Suharsimi (2002), menjelaskan
mengenai penelitian tindakan kelas melalui gabungan definisi dari tiga kata
yaitu, “Penelitian”+”Tindakan”+”Kelas”. Makna dari setiap kata tersebut
dijelaskan sebagai berikut.
Penelitian merupakan kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan
cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat dalam memecahkan suatu persolan atau masalah; Tindakan adalah
suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan untuk tujuan tertentu. tindakan
yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas berbentuk rangkaian
siklus kegiatan; dan Kelas merupakan sekelompok siswa yang dalam waktu yang
sama, menerima pelajaran yang sama, dari guru yang sama pula. Siswa yang
belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan
bisa juga ketika siswa sedang melakukan karyawisata, praktikum di
laboratorium, atau belajar di tempat lain di bawah arahan guru.
Berdasarkan pengertian di atas, komponen yang terdapat dalam sebuah kelas
yang dapat dijadikan sasaran penelitian tindakan kelas adalah sebagai
berikut:
1. Siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa sedang mengikuti proses
pembelajaran. Contoh permasalahan tentang siswa yang dapat menjadi sasaran
penelitian tindakan kelas antara lain perilaku disiplin siswa, motivasi
atau semangat belajar siswa, keterampilan berpikir kritis, kemampuan
memecahkan masalah dalam belajar dan lain-lain.
2. Guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar atau
membimbing siswa. Contoh permasalahan tentang guru yang dapat menjadi
sasaran penelitian tindakan kelas antara lain penggunaan metode atau
strategi pembelajaran, penggunaan pendekatan pembelajaran, penggunaan model
pembelajaran dan sebagainya.
3. Materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau
menyajikan materi pelajaran yang ditugaskan pada siswa. Contoh permasalahan
tentang materi yang dapat menjadi sasaran penelitian tindakan kelas
misalnya urutan dalam penyajian materi, pengorganisasian materi, integrasi
dan lain sebagainya.
4. Peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang
mengajar dengan menggunakan peralatan atau sarana pendidikan tertentu.
Contoh permasalahan tentang peralatan atau sarana pendidikan yang dapat
menjadi sasaran penelitian tindakan kelas antara lain pemanfaatan
laboratorium, penggunaan media pembelajaran dan penggunaan berbagai sumber
belajar.
5. Hasil pembelajaran yang ditinjau dari tiga ranah (kognitif, afektif, dan
psikomotorik), merupakan produk yang harus sitingkatkan melalui penelitian
tindakan kelas. Hasil pembelajaran akan terkait dengan tindakan yang
dilakukan serta unsur lain dalam proses pembelajaran seperti metode, media,
guru, atau perilaku belajar siswa itu sendiri.
6. Lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, ataupun lingkungan
siswa di rumah. Dalam penelitian tindakan kelas bentuk perilaku atau
tindakan yang dilakukan adalah mengubah kondisi lingkungan menjadi lebih
kondusif, misalnya melalui penataan raung kelas, penataan lingkungan
sekolah, dan tindakan lainnya.
7. Pengelolaan, merupakan kegiatan yang dapat diatur/direkayasa dengan
bentuk tindakan. Contoh permasalahan tentang pengelolaan yang dapat menjadi
sasaran penelitian tindakan kelas antara lain pengelompokan siswa,
pengaturan jadwal pelajaran, pengaturan tempat duduk siswa, penataan ruang
kelas, dan lain sebagainya.
Karena makna kelas dalam penelitian tindakan kelas adalah sekelompok
peserta didik yang sedang belajar serta guru yang memfasilitasi kegiatan
belajar, maka permasalahan penelitian tindakan kelas cukup luas.
Permasalahan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Masalah belajar siswa di sekolah, seperti misalnya permasalahan
pembelajaran di kelas, kesalahan-kesalahan dalam pembelajaran, miskonsepsi,
misstrategi, dan lain sebagainya.
2. Pengembangan profesionalisme guru dalam rangka peningkatan mutu
perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi program dan hasil pembelajaran.
3. Pengelolaan dan pengendalian, misalnya pengenalan teknik modifikasi
perilaku, teknik memotivasi, dan teknik pengembangan potensi diri.
4. Desain dan strategi pembelajaran di kelas, misalnya masalah pengelolaan
dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi penggunaan metode
pembelajaran (misalnya penggantian metode mengajar tradisional dengan
metode mengajar baru), interaksi dalam kelas (misalnya penggunaan strategi
pengajaran yang didasarkan pada pendekatan tertentu).
5. Penanaman dan pengembangan sikap serta nilai-nilai, misalnya
pengembangan pola berpikir ilmiah dalam diri siswa.
6. Alat bantu, media, dan sumber belajar, misalnya penggunaan media
perpustakaan, dan sumber belajar di dalam/luar kelas.
7. Sistem assessment atau evaluasi proses dan hasil pembelajaran,
seperti misalnya masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan
instrumen penilaian berbasis kompetensi atau penggunaan alat, metode
evaluasi tertentu.
8. Masalah kurikulum, misalnya implementasi KBK, urutan penyajian materi
pokok, interaksi antara guru dengan siswa, interaksi antara siswa dengan
materi pelajaran atau interaksi siswa dengan lingkungan belajar.
Berdasarkan cakupan permasalahannya, seorang guru akan dapat menemukan
penyelesaian masalah yang terjadi di kelasnya melalui penelitian tindakan
kelas. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai macam teori dan praktik
pembelajaran yang relevan. Selain itu, penelitian tindakan kelas
dilaksanakan secara bersamaan dengan pelaksanaan tugas utama guru yaitu
mengajar dalam kelas, tidak perlu meninggalkan siswa. Dengan demikian,
penelitian tindakan kelas merupakan salah satu penelitian yang melekat pada
guru, yaitu mengangkat masalah-masalah aktual yang dialami guru di
lapangan. Dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas, diharapkan guru
memiliki peran ganda yaitu sebagai praktisi dan sekaligus peneliti.
2.
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk memecahkan permasalahan
nyata yang terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa
hal tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan.
Penelitian juga bertujuan untuk meningkatkan meningkatkan kegitan nyata
guru dalam pengembangan profesinya. Tujuan khusus penelitian tindakan kelas
adalah untuk mengatasi berbagai persoalan guna memperbaiki atau
meningkatkan kualitas proses pembelajaran di dalam kelas. Secara lebih
rinci tujuan penelitian tindakan kelas antara lain:
1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses dan hasil pendidikan dan
pembelajaran di sekolah.
2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnnya dalam mengatasi masalah
pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
3. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
4. Menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga
tercipta sikap proaktif dalam melakukan perbaikan mutu
pendidikan/pembelajaran secara berkelanjutan. Output atau hasil yang
diharapkan melalui penelitian tindakan kelas adalah peningkatan dan
perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang meliputi hal berikut.
a) Peningkatan atau perbaikan kinerja siswa di sekolah.
b) Peningkatan atau perbaikan mutu proses pembelajaran di kelas.
c) Peningkatan atau perbaikan kualitas penggunaan media, alat bantu
belajar, dan sumber belajar lainnya.
d) Peningkatan atau perbaikan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang
digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
e) Peningkatan atau perbaikan masalah-masalah pendidikan anak di sekolah.
f) Peningkatan atau perbaikan kualitas dalam penerapan kurikulum dan
pengembangan potensi siswa di sekolah.
3.
Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Dengan memperhatikan tujuan dan hasil yang dapat dicapai melalui penelitian
tindakan kelas, terdapat sejumlah manfaat penelitian tindakan kelas antara
lain sebagai berikut.
1. Menghasilkan laporan-laporan penelitian tindakan kelas yang dapat
dijadikan bahan panduan bagi para pendidik (guru) untuk meningkatan
kulaitas pembelajaran. Selain itu, hasil-hasil penelitian tindakan kelas
yang dilaporkan dapat dijadikan sebagai bahan artikel ilmiah atau makala
untuk berbagai kepentingan antara lain, disajikan dalam forum ilmiah dan
dimuat dalam jurnal ilmiah.
2. Menumbuhkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan menulis
artikel ilmiah di kalangan pendidik. Hal ini ikut mendukung profesionalisme
dan karir pendidik
3. Mewujudkan kerja sama, kolaborasi dan atau sinergi antar pendidik dalam
satu sekolah atau bersama-sama memecahkan masalah dalam pembelajaran dan
meningkatkan mutu pembelajaran.
4. Meningkatkan kemampuan pendidik dalam upaya menjabarkan kurikulum atau
program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan
kelas. Hal ini turut memperkuat relevansi pembelajaran bagi kebutuhan
peserta didik.
5. Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan,
kenyamanan dan kesenangan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran
di kelas. Di samping itu, hasil belajar peserta didik pun dapat meningkat.
6. Mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang,
nyaman, menyenangkan, serta melibatkan peserta didik karena strategi,
metode, teknik, model dan media yang digunakan dalam pembelajaran
bervariasi dan dipilih dengan sungguh-sungguh.
7. Guru semakin diberdayakan (empowered) untuk mengambil berbagai
prakarsa profesional secara mandiri, dengan kata lain prakarsa untuk
melakukan ‘revolusi inovasi’ dalam pendidikan hanya akan berhasil jika
dimulai dari ‘ujung tombak’ pelaksanaan di lapangan.
8. Guru dilatih untuk memiliki keberanian mencobakan hal-hal baru yang
diduga dapat membawa perbaikan dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas,
keberanian ini berdampak pada munculnya rasa percaya diri dan kemandirian
guru dalam memecahkan permasalahan pembelajaran di dalam kelas.
9. Guru tidak lagi puas dengan rutinitas menonton (complacent),
melainkan terpacu untuk selalu berbuat lebih baik dari apa yang telah
diraihnya, sehingga terbuka peluang untuk peningkatan kinerja secara
berkesinambungan (continue)
Menurut Hopkins (Kunandar, 2011: 68) mengatakan bahwa manfaat penelitian ( Classroom Action Research) dapat dilihat dari dua aspek, yakni:
1. Manfaat aspek akademis adalah membantu guru menghasilkan pengetahuan
yang relevan bagi kelas mereka dalam memperbaiki mutu pembelajaran dalam
jangka pendek.
2. Manfaat praktis dari penelitian tindakan kelas antara lain.
a. Pelaksanaan inovasi pembelajaran dari bawah. Peningkatan mutu dan
perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan guru secara rutin merupakan
wahana pelaksanaan inovasi pembelajaran. Oleh karena itu, guru perlu selalu
mencoba untuk mengubah, mengembangkan pendekatan, metode, maupun gaya
pembelajaran sehingga dapat melahirkan suatu model pembelajaran yang sesuai
keadaan/kondisi di dalam kelas.
b. Pengembangan kurikulum ditingkat sekolah, artinya dengan guru melakukan
penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), maka guru
telah melakukan implementasi kurikulum dengan tatanan praktis, yakni
bagaimana kurikulum itu dikembangkan dan disesuaikan dengan situasi dan
kondisi, sehingga kurikulum dapat berjalan secara efektif melalui proses
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
4.
Fokus, Syarat dan Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas (Action Classroom Research) berfokus
pada kelas atau proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas atau
bukan pada input kelas, seperti silabus dan materi. Penelitian tindakan
kelas harus tertuju pada hal-hal yang terjadi di dalam kelas. Pengertian
kelas dalam penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research)
tidak hanya pada kelas yang sedang aktif melangsungkan proses belajar
mengajar dalam suatu ruangan tertutup saja, tetapi juga dapat terjadi
ketika siswa sedang melaksanakan aktivitas belajar di luar kelas, seperi
ketika peserta didik sedang melakukan karyawisata, di laboratorium, di
kebun, di masyarakat dan diberbagai tempat lainnya.
Dalam penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) tidak
hanya difokuskan pada objeknya saja melainkan ada pula syarat-syarat dari
penelitian tindakan kelas antara lain:
1. Penelitian tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal-hal yang
terjadi dalam pembelajaran, tetapi bukan hanya pembelajaran biasa melainkan
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Penelitian tindakan kelas oleh guru menuntut dilakukan pencermatan
secara terus-menerus, objektif, dan sistematis yang artinya dicatat atau
direkam dengan baik sehingga diketahui dengan pasti tingkat keberhasilan
yang diperoleh oleh peneliti serta menyimpan yang terjadi. Hasil
pencermatan tersebut digunakan sebagai bahan untuk menentukan tindak lanjut
yang harus diambil segera oleh peneliti.
3. Peneliti tindakan kelas harus dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua
siklus yang berurutan. Informasi dan siklus yang terdahulu sangat
menentukan bentuk siklus berikutnya. Oleh karena itu, siklus yang kedua,
ketiga, dan seterusnya tidak dapat dirancang sebelum silkus pertama
terjadi. Hasil refleksi harus digunakan sebagai bahan masukan untuk
merencanakan siklus berikutnya.
4. Penelitian tindakan kelas terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan
yang sudah ditentukan, dalam arti tidak mengubah jadwal yang berlaku.
‘Tindakan’ yang dilakukan tidak boleh merugikan peserta didik, baik yang
dikenai, atau peserta didik lain.
5. Penelitian tindakan kelas harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun
pelakunya sehingga pihak yang bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa
yang telah dilakukan, baik mengenai tindakan, suasana ketika terjadi,
reaksi peserta didik, urutan peristiwa hal-hal yang disarankan sebagai
kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan rencana yang sudah dibuat.
6. Penelitian tindakan kelas harus benar-benar menunjuk adanya tindakan
yang dilakukan peserta didik yang sedang belajar. Banyak guru yang
melakukan penelitian tindakan kelas, tetapi hanya menyebut apa yang
dilakukan guru itu sendiri.
Hopkins (Baskoro, 2008) menyebutkan ada 6 (enam) prinsip dasar yang
melandasi penelitian tindakan kelas antara lain diantaranya:
1. Tugas guru yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan
berkualitas. Untuk itu, guru memiliki komitmen dalam mengupayakan perbaikan
dan peningkatan kualitas pembelajaran secara terus-menerus. Dalam
menerapkan suatu tindakan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran, ada
kemungkinan tindakan yang dipilih tidak/kurang berhasil, maka ia harus
tetap berusaha mencari alternative lain. Dosen dan guru harus menggunakan
pertimbangan dan tanggungjawab perofesionalnya dalam mengupayakan jalan
keluar dari permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Prinsip pertam
ini berimplikasi pada sifat penelitian tindakan kelas sebagai suatu upaya
berkelanjutan secara siklutis sampai terjadinya peningkatan, perbaikan,
atau ‘kesembuhan’ sistem, proses, hasil dan sebagainya.
2. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang tidak
menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data. Tahapan-tahapan
penelitian tindakan kelas selaras dengan pelaksanaan pembelajaran, yaitu:
persiapan (planning), pelaksanaan pembelajaran (action),
observasi kegiatan pembelajaran (observation), evaluasi proses dan
hasil pembelajaran (evaluation), dan refleksi dari proses dan
hasil pembelajaran (reflection). Prinsip kedua ini mengisyaratkan
agar proses dan hasil pembelajaran direkam dan dilaporkan secara sistematik
dan terkendali menurut kaidah ilmiah.
3. Kegiatan meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, harus
diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah. Alur
piker yang digunakan dimulai dari pendiagnosisan masalah dan faktor
penyebab timbulnya masalah, pemilihan tindakan yang sesuai dengan
permasalahan dan penyebabnya, merumuskan hipotesis tindakan yang tepat,
penetapan scenario tindakan, penetapan prosedur pengumpulan data dan
analisis data. Objektivitas, reliabilitas, dan validitas proses, data, dan
hasil tetap dipertahankan selama penelitian berlangsung. Prinsip ketiga ini
mempersyaratkan bahwa dalam menyelenggaraan penelitian tindakan harus tetap
menggunakan kaidah-kaidah ilmiah.
4. Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil dan
merisaukan tanggungjawab profesional dan komitmen terhadap pemerolehan mutu
pembelajaran. Prinsip ini menekankan bahwa diagnosis masalah bersandar pada
kejadian nyata yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang
sesungguhnya. Bila pendiagnosisan masalah berdasar pada kajian akademik
atau kajian literature semata, maka penelitian tersebut dipandang sudah
melanggar prinsip keotentitakan. Jadi masalah harus di diagnosis dari
kancah pembelajaran yang sesungguhnya, bukan sesuatu yang dibayangkan akan
terjadi secara akademik.
5. Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini penting karena upaya
peningkatan kualitas pembelajaran tidak dapat dilakukan sambil lalu, tetapi
menuntut perencanaan dan pelaksanaan yang sungguh-sungguh. Oleh karena itu,
motivasi untuk memperbaiki kualitas harus tumbuh dari dalam motivasi
intrinsik, bukan sesuatu yang bersifat instrumental.
6. Cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi pada
masalah pembelajaran di ruang kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran di
luar ruang kelas, misalnya: tataran sistem atau lembaga. Perspektif yang
lebih luas akan memberi sumbangan lebih signifiakan terhadap upaya
penelitian tindakan.
5.
Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas sebagaimana jenis penelitian lainnya, juga
memiliki kelebihan dan kelemahan. Dengan mengetahui dan memahami kelebihan
dan kelemahan tersebut, diharapkan peneliti dapat mengurangi atau
mengantisipasi kekurangan tersebut dan mampu mengoptimalkan kelebihan dari
penelitian tindakan kelas tersebut. Sumsky (Kunandar, 2011: 68-69)
menyatakan kelebihan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut.
1. Kerja sama dalam penelitian tindakan kelas menimbulkan rasa memiliki.
2. Kerja sama dalam penelitian tindakan kelas mendorong kreativitas dan
pemikiran kritis, dalam hal ini guru yang sekaligus sebagai peneliti.
3. Melalui kerja sama, kemungkinan untuk berubah meningkat.
4. Kerja sama dalam penelitian tindakan kelas meningkatkan kesepakatan
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi
Dari penjelasan di atas, diketahui beberapa kelebihan dari penelitian
tindakan kelas, adapun kelemahannya, yaitu sebagai berikut.
1. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian
tindakan kelas pada pihak peneliti (guru) membuat penelitian yang dilakukan
kurang maksimal. Penelitian tindakan kelas yang lazimnya dilakukan oleh
guru, pelatih, pengelola, pengawas, kepala sekolah, widyaiswara dan
pihak-pihak lainnya yang selalu peduli akan ketimpangan atau kekurangan
yang ada dalam situasi kerjanya dan berkehendak untuk memperbaikinya.
Karena para praktisi ini biasanya berurusan dengan hal-hal yang praktis,
mereka kurang dilengkapi dengan teknik dasar penelitian tindakan kelas. Hal
ini diperparah oleh perasaan tentang kegiatan penelitian hanya dilakukan
oleh masyarakat kampus yang bergelut dengan kegiatan ilmiah, sehingga para
praktisi (guru) pada umumnya kurang tertarik untuk melalukan penelitian.
2. Berkenaan dengan waktu. Karena penelitian tindakan kelas memerlukan
komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya. Faktor waktu ini dapat
menjadi kendala yang cukup besar.
6.
Langkah-Langkah Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Secara keseluruhan pelaksanaan penelitian tindakan kelas terdapat empat
langkah dalam satu siklus pembelajaran yang harus terpenuhi. Keempat
langkah ini harus berjalan sampai ditemukannya solusi atas permasalahan
yang dihadapi. Keempat langkah yang dimaksud adalah:
1)
Menyusun rancangan tindakan (perencanaan)
Pada tahap ini, peneliti menjelaskan apa, mengapa, kapan, dimana, oleh
siapa, dan bagaimana penelitian tindakan kelas tersebut dilakukan. Peneliti
menentukan titik-titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian
khusus untuk diamati, kemudian membuat instrument pengamatan untuk membantu
peneliti merekam fakta-fakta yang terjadi selama pengamatan berlangsung.
Strategi pembelajaran harus disesuaikan dengan selera guru (peneliti) agar
pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat terjadi secara wajar tanpa
merubah pembelajaran sebelumnya.
2)
Pelaksanaan
Rancangan pelaksanaan penelitian tindakan kelas diimplementasikan atau
diterapkan, yang perlu diperhatikan adalah harus ada komitmen guru untuk
tetap mengikuti rancangan yang telah direncanakan sebelumnya tanpa merubah
kewajaran berperilaku, serta menghindari situasi yang kaku, artinya biarkan
mengalir seperti biasa supaya informasi yang diperoleh akurat.
3)
Pengamatan
Pada saat sebaiknya dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan akan sangat
sulit apabila peneliti (guru) juga bertindak sebagai pengamat. Dua cara
yang bisa dilakukan untuk mengatasi kelemahan ini, pertama dengan menjamin
objektivitas refleksi atau evaluasi atas pembelajaran dan yang kedua dengan
memanfaatkan media informasi seperti kamera CCTV. Pada umumnya peneliti
(guru) memanfaatkan teman sejawatnya untuk membantu mengamati
kejadian-kejadian selama pembelajaran berlangsung.
4)
Refleksi atau pantulan
Kegiatan ini merupakan menelusuri kembali perjalanan pelaksanaan
pembelajaran dengan jalan mengingat-ingat kejadian-kejadian yang terjadi
selama pembelajaran. Kegiatan refleksi biasanya dilaksanakan setelah proses
pembelajaran selesai dilaksanakan.
Keempat tahap di atas merupakan satu siklus kegiatan, apabila telah
ditemukan keberhasilan dan hambatan maka diharapkan merancang kembali
siklus berikutnya, dengan tahapannya kembali seperti di atas, berulang
terus-menerus sampai ditemukan kepuasan karena ia telah mencapai tujuan
yang diharapkan dalam hal ketuntasan belajar peserta didik.
7.
Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling (BK) merupakan salah satu komponen dalam
keseluruhan sistem pendidikan, khususnya di sekolah. BK dari dua kata yaitu
bimbingan dan konseling. Secara etimologis bimbingan berasal dari kata “ Guidance” yang mempunyai arti “menunjukkan, membimbing, menuntun,
membantu”. Secara istilah bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan
atau tuntunan. Pada dasarnya pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh
para ahli memberikan pengertian yang saling melengkapi satu sama lain. Dan
untuk memahami pengertian bimbingan maka perlu mempertimbangankan
pengertian bimbingan dari beberapa ahli tersebut.
Bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk memilih,
mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan mendapat kemajuan dalam
jabatan yang dipilihnya” (Frank Parson, 1951). Frank Parson juga merumuskan
pengertian bimbingan dalam beberapa aspek, yakni bimbingan diberikan kepada
individu untuk memasuki suatu jabatan dan mencapai kemajuan dalam jabatan.
Pengertian ini masih sangat spesifik pada bimbingan yang berorientasi
karir. (Prayitno, 2004: 99), mengemukakan bimbingan adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa
orang individu baik itu anak, remaja, maupun orang dewasa agar orang yang
dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya secara mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku. (Mathewson, 1969) menyebutkan
pengertian bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang menekankan
proses belajar yang sistematik. Pengertian ini menekankan bimbingan sebagai
bentuk pendidikan dan pengembangan diri, tujuan yang diinginkan diperoleh
dari proses belajar. Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan
para ahli diperoleh inti dari pengertian bimbingan yaitu merupakan proses
pemberian bantuan kepada individu dari berbagai tahapan usia yang dilakukan
oleh seorang ahli yang berkompetensi (professional dalam bidangnya) atau
yang disebut sebagai konselor, dan sudah mendapatkan pelatihan khusus
sebelumnya, dengan tujuan untuk membantu mengarahkan kehidupan, menentukan
keputusan, dan memecahkan masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh seorang
individu.
Sedangkan pengertian konseling menurut para ahli, (Prayitno 2004: 105)
mengemukakan bahwa konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan
melalui wawacancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu
yang sedang mengalami suatu masalah (klien) yang akhirnya akan bermuara
pada teratasinya masalah yang sedang dihadapi klien. Istilah ini pertama
kali digunakan oleh Frank Parsons di tahun 1908, saat ia melakukan
konseling karir. Selanjutnya juga diadopsi oleh Carl Rogers yang kemudian
mengembangkan pendekatan yang berpusat pada klien (client centered
). Sedangkan menurut Sulianti Saroso, konseling adalah proses pertolongan
dimanan seseorang dengan tulus dan tujuan yang jelas, memberi waktu,
perhatian, dan keahliannya, utnuk membantu klien mempelajari keadaan
dirinya, mengenali dan menangani masalah terhadap keterbatasan yang
diberikan lingkungan.
Dari beberapa pengertian konseling di atas, dapat
disimpulkan bahwa konseling adalah proses pemberian bantuan kepada klien
secara intensif dari seorang konselor dengan bebrapa tujuan yang ingin
dicapai dalam memecahkan masalah. klien dapat menentukan pilihan yang baik
dengan melakukan bimbingan yaitu teratasinya masalah yang sedang ia hadapi.
Jadi, dapat disimpulkan bimbingan dan konseling (BK) adalah pelayanan
sebagai bentuk bantuan untuk klien baik itu individu ataupun kelompok baik
itu peserta didikanggota keluarga ,ataupun tenaga kerja, dan sebagainya
agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial,
belajar, karir; melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas
dasar norma-norma juga prinsip yang berlaku.
8.
Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penelitian Tindakan Kelas
Pada umumnya, bimbingan dan konseling yang kita ketahui yaitu berada di
dalam lingkungan sekolah, hal ini dibenarkan meskipun sebenarnya bimbingan
dan konseling bisa dilakukan dimana saja, tidak hanya pada sekolah-sekolah.
Bimbingan dan konseling berada di dalam ranah sekolah karena disanalah
biasanya terdapat banyak masalah-masalah yang dialami oleh siswa selama
menempuh pendidikan atau selama proses belajar. Di sekolah bimbingan dapat
dikatakan sebagai layanan yang memberi bantuan kepada individu atau peserta
didik. Dalam hal ini bimbingan konseling dan kaitannya dengan penelitian
tindakan di sekolah akan dibahas sebagai berikut.
1)
Peran Konselor di Sekolah
Ketika konselor sekolah memutuskan untuk memecahkan masalah salah satu
segmen praktik layanan bimbingan di sekolahnya, maka dengan sendirinya
perannya berubah dari konselor menjadi sebagai peneliti, maka dari itu
konselor harus ingat bahwa penelitian tindakan melibatkan:
a. Satu komitmen untuk peningkatan program layanan bimbingan dan konseling
dan sasaran akhirnya untuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
b. Pertanyaan khusus penelitian yang berbeda dengan penelitian jenis
lainnya.
c. Peletakan kata saya selaku pusat penelitian dan secara kolaboratif
mengajak siswa sebagai mitra peneliti, bukan objek penelitian.
d. Pemantauan sistematik untuk memperoleh data faktual yang valid.
e. Memberikan deskripsi otentik terhadap tindakan yang akan dan telah
diambil.
f. Representasi penelitian tindakan, refleksi diri, dialog, konversasi,
naratif ceritera dan menggunakan siklus penelitian tindakan; validasi
(klaim penelitian tindakan), diseminasi (hasil-hasil penelitian tindakan).
2)
Tujuan Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling
Tujuan Penelitian Tindakan Bimbingan dan konseling adalah untuk memecahkan
permasalahan nyata yang terjadi di dalam pelaksanaan layanan BK, sekaligus
mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan melalui
tindakan yang akan dilakukan. PTBK juga bertujuan untuk meningkatkan
kegiatan nyata guru pembimbing dalam pengembangan profesinya. TUjuan khusus
PTBK adalah mengatasi berbagai persoalan nyata guna memperbaiki atau
meningkatkan layanan BK. Secara rinci tujuan PTBK dijabarkan sebagi
berikut.
a. Meningkatkan mutu isi, proses, dan hasil layanan BK di sekolah
b. Membantu guru tenaga kependidikan lainnya dalam masalah siswa di dalam
dan di luar kelas.
c. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
d. Menumbuh kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah agar tercipta
sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan pembelajaran/BK
berkelanjutan
e. Meningkatkan layanan profesional guru dalam memberikan layanan dengan
melakukan refleksi untuk mendiagnosis keadaan, mencobakan berbagai
alternatif pemecahan masalah. mengimplementasikan dengan baik, dan
mengevaluasi.
f. Mengembangkan keterampilan guru pembimbing yang bertolak dari kebutuhan
untuk menanggulangi berbagai permasalahan dalam pembelajaran/bimbingan.
3)
Manfaat Penelitian Tindakan Bagi Konselor
Adapun manfaat dari penelitian tindakan berikut ini yang merupakan adaptasi
dari pandangan Ferrance (2000):
1. Penelitian tindakan langsung berfokus pada isu-isu yang ada di dalam
program layanan bimbingan dan konseling yang menjadi kepedulian bersama.
2. Penelitian tindakan merupakan salah satu bentuk upaya pengembangan
profesionalitas konselor di sekolah.
3. Interaksi kolegial dapat terbentuk.
4. Penelitian tindakan dalam bimbingan dan konseling memiliki potensi luar
biasa dalam mempengaruhi perubahan sekolah.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) adalah
bentuk dari self-inquiry kolektif yang dilakukan oleh para partisipan dalam
situasi sosial tertentu untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari
praktik sosial atau pendidikan yang mereka lakukan, serta mempertinggi
pemahaman mereka terhadap praktik dan situasi dimana praktik itu
dilaksanakan. Selain itu, penelitian tindakan kelas adalah partisipatori,
demokratis yang berkenaan dengan pengembangan pengetahuan praktis untuk
mencapai tujuan mulia manusia. berlandaskan kemuliaan dan pandangan yang
luas dunia partisipatori yang muncul pada histori saat ini. Tujuan
penelitian tindakan kelas tak lain dan tak bukan adalah untuk memecahkan
permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas dan dialami secara langsung
dalam interaksi guru dengan peserta didik (siswa) yang sedang melakukan
proses pembelajaran, dan menumbuhkan budaya akademik di kalangan para guru,
meningkatkan mutu isi, refleksi (masukan), proses, serta hasil pendidikan
pembelejaran di sekolah, membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya
dalam mengatasi masalah di dalam dan di luar kelas, mingkatkan sikap
profesionalisme guru sebagai pendidik dan tenaga kependidikan, menumbuh
kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap
proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan
Manfaat yang diperoleh dari penelitian tindakan kelas adalah menghasilkan
laporan yang dijadikan sebagai panduan bagi para pendidik (guru) untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran, mrnumbuhkan budaya atau tradisi menliti
dan menulis artikel ilmiah di kalangan pendidik, mewujudkan kerja sama,
kolaborasi dan atau sinergi antar pendidik dalam satu atau beberapa sekolah
untuk bersama-sama memecahkan masalah pembelajaran, meningkatkan kemampuan
pendidik dalam menjabarkan kurikulum atau program pembelajaran sesuai
tuntutan dan konteks lokal, sekolah dan kelas, memupuk dan meningkatkan
keterlibatan, kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, dan kesenangan siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran.
Objek yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas adalah siswa, guru,
perlatan atau sarana, hasil pembelajaran, lingkungan dan pengelolaan.
Prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas adalah tugas guru yang utama
adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas, meneliti,
kegiatan meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, masalah yang
ditangani yang riil dan merisaukan tanggungjawab profesinal dan komitmen
terhadap pemerolehan mutu pembelajaran. Konsistensi sikap dan kepedulian
dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan,
cakupan permasalahan penelitian tindakan seharusnya dibatasi pada masalah
pembelajaran di ruang kelas.
Kelebihan penelitian tindakan kelas adalah menimbulkan rasa memiliki,
mendorong kreativitas dan pemikian kritis, dalam hal ini guru yang
sekaligus sebagai peneliti, memungkinkan untuk merubah tingkat
kemampuannya, penelitian tindakan kelas juga mampu meningkatkan kesepakatan
dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sedangkan kelemahan dari
penelitian tindakan kelas adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan dan
berkenaan dengan waktu.
2.
Saran
Dengan mengetahui dan memahami penelitian tindakan kelas secara lebih
mendalam diharapkan dapat membantu guru dalam memperbaiki mutu pendidikan
dan memperoleh menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi peserta didik
atau siswa dalam proses pemebelajaran di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi dan Suhardjono. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Rajawali Pers
Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Bagus. (2013). “Makalah Bimbingan dan Koseling: Dasar, Prinsip dan Latar
Belakang Bimbingan dan Konseling”. [Online] Tersedia:
https://bagusharyonos.wordpress.com/2013/05/31/konsep-dasar-bimbingan-dan-konseling-a-pengertian-bimbingan/
[25 Mei 2017]
Komentar
Posting Komentar